Kairo/Gaza (ANTARA) - Delegasi yang dipimpin oleh kepala Hamas di Gaza, Khalil al-Hayya, tiba di Kairo untuk membahas usulan Mesir terkait rencana gencatan senjata jangka panjang dengan Israel di Jalur Gaza, kata narasumber Mesir kepada Xinhua, Selasa (22/4).
"Rencana Mesir menyerukan gencatan senjata selama lima hingga tujuh tahun, pertukaran penuh sandera Israel dan tawanan Palestina, pengiriman bantuan kemanusiaan ke Gaza, serta penarikan penuh tentara Israel dari daerah kantong tersebut," ujar narasumber yang enggan disebutkan namanya itu.
Lawatan delegasi Hamas itu menyusul pulangnya delegasi Israel yang mengakhiri pembicaraan di Kairo pada Senin (21/4) terkait proposal serupa yang disiapkan oleh Mesir dalam koordinasi dengan Qatar.
"Sementara Israel masih mengkaji usulan tersebut, Hamas telah menunjukkan persetujuan awal," kata sumber Mesir itu.
Pihak Israel mengajukan sejumlah syarat yang berkaitan dengan kategori sandera yang akan dibebaskan, dengan mengutamakan para individu berkewarganegaraan Amerika Serikat (AS).
Delegasi Israel meninggalkan Kairo sambil membawa usulan itu untuk dikaji secara internal, sementara Hamas tiba untuk menggelar diskusi lanjutan dengan tim mediator Mesir, menurut sumber tersebut.
Pembicaraan itu juga membahas isu pelucutan senjata yang kontroversial, ujar sumber tersebut tanpa memberikan rincian lebih lanjut.
Selain itu, sumber dari Gaza mengonfirmasi kepada Xinhua terkait kunjungan tersebut. Pihaknya menyampaikan bahwa Israel mengupayakan kesepakatan yang akan melibatkan "penghentian sementara operasi militer" di Gaza dan masuknya bantuan kemanusiaan dengan imbalan pembebasan beberapa tawanan Israel yang ditahan oleh Hamas.
Menanggapi hal tersebut, Hamas mengajukan usulan balasan yang menyerukan "pembebasan semua tawanan Israel dengan imbalan penghentian konflik secara menyeluruh dan mengakhiri perang di Jalur Gaza sepenuhnya", menurut sumber tersebut.
Namun, usulan itu telah berulang kali ditolak oleh Israel.
Israel mengakhiri gencatan senjata selama dua bulan dengan Hamas di Jalur Gaza pada 18 Maret dan melanjutkan kembali serangan udara dan darat yang mematikan, di tengah rencana yang didukung AS untuk merelokasi warga Palestina di Gaza ke negara-negara tetangga, termasuk Mesir dan Yordania.
Usulan itu tentu mendapatkan penolakan keras dari kedua negara tersebut.
Menurut otoritas kesehatan yang berbasis di Gaza pada Selasa, total 1.890 warga Palestina tewas sejak Israel melanjutkan kembali serangannya pada 18 Maret.
Korban-korban baru itu menambah jumlah warga Palestina yang tewas sejak konflik itu dimulai pada Oktober 2023 menjadi 51.266 jiwa, dengan 116.991 orang lainnya mengalami luka-luka.
Pewarta: Xinhua
Editor: Yuni Arisandy Sinaga
Copyright © ANTARA 2025