Dari Sawah Luwung untuk masa depan tambang Indonesia

2 weeks ago 5
Batu bara dari formasi Ombilin memiliki nilai kadar kalori yang tinggi, kadar sulfur rendah

Padang (ANTARA) - Di dalam lorong bekas pertambangan batu bara di sudut Kota Sawahlunto, Provinsi Sumatera Barat, sejumlah orang terlihat duduk beralaskan tumpukan batu dan potongan-potongan kayu. Samar terdengar suara mereka yang sedang menyiapkan rencana perbaikan kerusakan minor pada dinding lubang sepanjang 1,5 kilometer tersebut.

Mereka ialah para pekerja dari satu perusahaan BUMN yang bergerak di bidang pertambangan yakni PT Bukit Asam Tbk. Bermodalkan cahaya dari alat bantu penerangan yang terikat di kepala, mereka bekerja sembari menembus kelam dan sunyinya lubang yang dinamai Sawah Luwung, satu dari sekian banyak lubang tambang di Desa Rantih, Kecamatan Talawi, Kota Sawahlunto.

Melirik sekilas beberapa abad silam, bekas pertambangan batu bara di Kota Sawahlunto merupakan peninggalan Pemerintah Hindia Belanda yang berhasil menemukan cadangan batu bara pada 1868.

Kala itu, ahli geologi asal Belanda yang bernama WH de Greve mendapati kandungan emas hitam di kota yang dijuluki Kota Arang tersebut. Hal ini sekaligus menandai era dimulainya eksplorasi besar-besaran batu bara di Ranah Minang.

Setelah masa kemerdekaan, Indonesia mengambil alih pertambangan batu bara yang ditinggalkan Belanda. Tepat pada 1980, PT Bukit Asam Tbk melakukan perluasan dan membangun terowongan yang kini dinamai Sawah Luwung.

Jutaan ton batu bara yang dieksplorasi kemudian dibawa menggunakan kereta api ke Pelabuhan Emmahaven atau kini dikenal sebagai Pelabuhan Teluk Bayur, Kota Padang. Usai beroperasi selama 36 tahun, tepatnya pada 2016 PT Bukit Asam Tbk menghentikan eksplorasi tambang batu bara dari lubang tersebut.

Baca juga: Cerita tentang batu bara yang mengilaukan Kota Sawahlunto

Lubang pendidikan

Selepas tidak lagi beroperasi, nyatanya PT Bukit Asam Tbk tidak serta merta menutup habis aktivitas di Sawah Luwung. Perusahaan ini justru melihat terdapat potensi lain yang bisa digarap agar lubang bekas tambang itu tak sekadar dikenal melalui catatan sejarah semata, melainkan benar-benar eksis.

Apalagi, pada umumnya, lubang-lubang tambang yang sudah tidak memiliki cadangan batu bara akan ditutup permanen agar tidak menimbulkan persoalan baru seperti adanya reruntuhan dan sebagainya.

Pada 2019, PT Bukit Asam Tbk resmi menjadikan Sawah Luwung sebagai lubang pendidikan tambang bawah tanah pertama di Indonesia. Selain sebagai sarana edukasi dunia pertambangan di tanah air, Sawah Luwung juga menjadi destinasi wisata sejarah di Kota Tambang itu.

Supervisor Keselamatan Tambang Dalam Sawah Luwung PT Bukit Asam Tbk Ombilin Mining Site Asmaliardi mengatakan awalnya Sawah Luwung merupakan salah satu lubang tambang batu bara yang produktif dan telah menghasilkan jutaan ton emas hitam. Namun, operasional Sawah Luwung akhirnya berhenti sejak sembilan tahun silam.

Kini, terowongan yang masih menyimpan kandungan batu bara itu disulap menjadi fasilitas pendidikan oleh PT Bukit Asam Tbk bekerja sama dengan perguruan tinggi khusus yang mempunyai jurusan teknik pertambangan. Sebagian terowongan atau sekitar 1,5 kilometer telah direvitalisasi untuk simulasi operasi tambang, penelitian ventilasi, pelatihan evakuasi dan studi geoteknik.

Di dalam lubang pendidikan yang memiliki tinggi sekitar tiga meter dengan elevansi 214 meter di atas permukaan laut (mdpl) itu, mahasiswa pertambangan akan menjumpai langsung jejak-jejak kejayaan batu bara puluhan tahun lampau.

Baca juga: PTBA tanam 500 bibit aren dan bambu di lahan pascatambang Sawahlunto

Editor: Sapto Heru Purnomojoyo
Copyright © ANTARA 2025

Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.

Read Entire Article
Rakyat news | | | |