Beijing (ANTARA) - Menteri Luar Negeri China Wang Yi menjadi tuan rumah pertemuan trilateral antara Tiongkok, Kamboja dan Thailand di Yuxi, provinsi Yunnan pada Senin (29/12).
Pertemuan itu dihadiri Wakil Perdana Menteri Kamboja sekaligus Menteri Luar Negeri dan Kerja Sama Internasional Prak Sokhonn, Menteri Luar Negeri Thailand Sihasak Phuangketkeow dan pejabat militer senior dari ketiga negara tersebut.
"Pertemuan trilateral ini mengambil waktu yang tepat. Ketiga pihak telah mengadakan beberapa pembicaraan bilateral sebelumnya, khususnya antara kementerian luar negeri dan pihak militer Kamboja dan Thailand juga sudah melakukan diskusi dan semuanya menunjukkan sikap positif dan terbuka," kata Wang Yi dalam keterangan tertulis di laman Kementerian Luar Negeri China yang diakses ANTARA pada Selasa.
Pada Sabtu (27/12), Kamboja dan Thailand sudah mencapai gencatan senjata sehingga mengakhiri sementara bentrokan bersenjata di perbatasan mereka yang menyebabkan 99 orang dilaporkan tewas selama 20 hari bentrokan sejak konflik kembali pecah pada 8 Desember 2025.
"Kedua belah pihak berkomitmen untuk meredakan ketegangan dan bersedia meningkatkan hubungan bilateral berdasarkan gencatan senjata," ungkap Wang Yi.
Wang Yi menyebut setidaknya Kamboja dan Thailand menghasilkan tiga konsensus penting yaitu pertama, kedua negara perlu untuk melihat ke depan dan bergerak maju bersama.
"Perjanjian gencatan senjata dicapai dengan susah payah dan tidak boleh stagnan atau gagal di tengah jalan, apalagi membiarkan konflik kembali pecah. Ini bukan yang diinginkan rakyat, dan bukan pula yang diharapkan China," ungkap Wang Yi.
Kedua, kedua negara harus melanjutkan kesepakatan gencatan senjata selangkah demi langkah tanpa henti.
"Implementasi kesepakatan gencatan senjata membutuhkan komunikasi dan konsultasi yang berkelanjutan. Pemulihan hubungan bilateral harus dimajukan secara bertahap," tambah Wang Yi.
Wang Yi menyebut selama kedua negara mempertahankan kepercayaan dan terlibat dalam dialog yang setara, tujuan pasti akan tercapai.
"Ketiga, membangun kembali kepercayaan bersama adalah yang terpenting. Konflik telah menyebabkan hilangnya kepercayaan, tetapi Kamboja dan Thailand adalah tetangga abadi dengan sejarah panjang pertukaran persahabatan," ungkap Wang Yi.
Menteri Luar Negeri Kamboja Prak Sokhonn, Menteri Luar Negeri China Wang Yi dan Menteri Luar Negeri Thailand Sihasak Phuangketkeow (kiri ke kanan bertemu di kota Yuxi, Provinsi Yunnan, China pada Senin (29/12). (ANTARA/HO-Kementerian Luar Negeri China)Pertemuan di tepi Danau Fuxian, kota Yuxi itu bertujuan untuk menyembuhkan luka akibat konflik, menghilangkan keterasingan antara kedua belah pihak, dan benar-benar memulihkan hubungan persahabatan.
"China akan selalu menjadi pendukung perkembangan hubungan Kamboja-Thailand dan bersedia memberikan semua bantuan dan dukungan yang diperlukan, termasuk pemantauan gencatan senjata, bantuan kemanusiaan, kerja sama pembersihan ranjau, dan aspek lainnya. China berharap dan percaya akan kembalinya hubungan Kamboja-Thailand ke relai awal secepatnya," tambah Wang Yi.
Sedangkan menlu Kamboja dan Thailand menekankan pentingnya perdamaian dan menyatakan kesediaan mereka untuk secara aktif melaksanakan perjanjian gencatan senjata, memanfaatkan mekanisme dialog di semua tingkatan, bersama-sama mengelola, mengendalikan, dan menyelesaikan sengketa, serta bekerja sama untuk menjaga perdamaian dan stabilitas di wilayah perbatasan antara kedua negara.
Disebutkan juga ada lima aspek yang akan ditingkatkan oleh Kamboja dan Thailand untuk lebih memperkuat komunikasi dan meningkatkan pemahaman, yaitu, secara bertahap mengkonsolidasikan gencatan senjata, melanjutkan komunikasi, membangun kembali kepercayaan politik timbal balik, mencapai titik balik dalam hubungan bilateral dan menjaga perdamaian regional.
Sebelumnya, Menlu Wang Yi juga sudah melakukan pertemuan bilateral masing-masing dengan Menlu Kamboja Prak Sokhonn dan Menlu Thailand Sihasak Phuangketkeow pada Minggu (28/12).
Otoritas Thailand menyebutkan 26 prajurit dan satu warga sipil Thailand tewas dalam konflik tersebut, sementara 41 warga sipil lainnya meninggal akibat dampak tidak langsung dari pertempuran.
Kementerian Dalam Negeri Kamboja melaporkan sedikitnya 31 warga sipil Kamboja turut menjadi korban jiwa dalam bentrokan tersebut.
Thailand dan Kamboja memiliki sengketa perbatasan yang telah berlangsung lama dan kerap memicu kekerasan, termasuk bentrokan besar pada Juli 2025 lalu yang menewaskan sedikitnya 48 orang.
Baca juga: Menlu China sampaikan kelegaan Kamboja-Thailand capai gencatan senjata
Baca juga: China dorong perdamaian pasca-gencatan senjata Kamboja-Thailand
Pewarta: Desca Lidya Natalia
Editor: Azis Kurmala
Copyright © ANTARA 2025
Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.


















































