Beijing (ANTARA) - Menteri Luar Negeri China Wang Yi bertemu dengan para petinggi Uni Eropa (UE) di Brussels dan meminta agar organisasi regional tersebut dapat ikut menegakkan perdagangan bebas dan aturan internasional.
"China dan UE perlu menegakkan multilateralisme dan perdagangan bebas, menjaga aturan dan ketertiban internasional, mendorong penyelesaian sengketa internasional secara damai, bersama-sama mengatasi perubahan iklim dan tantangan global lainnya, serta berperan sebagai 'jangkar stabilitas' bagi dunia," kata Juru Bicara Kementrian Luar Negeri China Mao Ning dalam konferensi pers di Beijing pada Kamis (3/7).
Menlu China Wang Yi melakukan kunjungan ke Eropa pada 30 Juni sampai 6 Juli dengan salah satu agenda adalah ke Brussel untuk menghadiri Dialog Strategis Tingkat Tinggi China-UE putaran ke-13 dan bertemu dengan Presiden Dewan Eropa António Costa, Presiden Komisi Eropa Ursula von der Leyen dan Perwakilan Tinggi untuk Urusan Luar Negeri dan Kebijakan Keamanan Kaja Kallas.
Ia juga bertemu dengan Perdana Menteri Belgia Bart De Wever dan Wakil Perdana Menteri dan Menteri Luar Negeri, Urusan Eropa, dan Kerja Sama Pembangunan Maxime Prévot.
Dalam pertemuan tersebut, Wang Yi meminta agar UE dapat mengingat kembali manfaat dari kemajuan hubungan China-UE selama 50 tahun terakhir, menguraikan cetak biru dialog dan kerja sama dalam 50 tahun ke depan, serta memberikan pesan yang jelas dan positif.
"China siap bekerja sama dengan UE sebagai mitra, memperdalam kerja sama ekonomi dan perdagangan, menangani perbedaan melalui konsultasi, dan mencapai hasil yang saling menguntungkan," ungkap Mao Ning.
Dalam kondisi internasional yang bergejolak dan berubah dengan cepat, sebagai dua kekuatan, dua pasar dan dua peradaban utama di dunia, Wang Yi menyebut China siap memperkuat komunikasi dan koordinasi dengan UE, melakukan persiapan untuk KTT China-UE berikutnya, serta menambahkan substansi baru dan membuka potensi baru bagi kemitraan strategis komprehensif China-UE.
Sedangkan UE menyatakan komitmennya untuk mengembangkan hubungan yang stabil dan konstruktif serta kerja sama ekonomi dan perdagangan yang saling menguntungkan dengan China.
"Meski ada perbedaan pendapat antara kedua pihak, UE siap bekerja sama dengan China dengan prinsip saling menghormati, mengatasi perselisihan, meningkatkan pemahaman, dan bersama-sama mengatasi tantangan global. UE berharap adanya upaya bersama untuk menjadikan KTT UE-China berikutnya sukses," ungkap Mao Ning.
Meski begitu, Mao Ning mengakui ada beberapa orang di dalam UE masih memiliki mentalitas Perang Dingin, memilih untuk mempercayai disinformasi, sengaja menyoroti perselisihan, dan tidak memiliki persepsi yang benar tentang China dan hubungan Tiongkok-UE.
"Hal ini merugikan kerja sama China-UE, dan tidak ada gunanya bagi UE itu sendiri. Kami berharap UE akan merangkul persepsi yang objektif dan rasional tentang China, mempraktikkan kebijakan China yang lebih positif dan praktis, serta memastikan pertumbuhan hubungan China-UE yang sehat dan stabil," tambah Mao Ning.
Secara terpisah, dalam laman UE, Perwakilan Tinggi untuk Urusan Luar Negeri dan Kebijakan Keamanan Kaja Kallas mengatakan pentingnya menemukan solusi konkret untuk menyeimbangkan kembali hubungan ekonomi, menyamakan kedudukan, dan meningkatkan timbal balik dalam akses pasar.
Kallas juga meminta China untuk mengakhiri praktik-praktik yang menyimpang, termasuk pembatasan ekspor tanah jarang, yang menimbulkan risiko signifikan bagi perusahaan-perusahaan Eropa dan membahayakan keandalan rantai pasokan global.
Mengenai Ukraina, Kallas menyoroti ancaman serius dukungan perusahaan-perusahaan China terhadap Rusia yang dianggap mengancam keamanan Eropa. Ia mendesak China untuk segera menghentikan semua dukungan material yang mendukung kompleks industri militer Rusia dan meminta China untuk mendukung gencatan senjata penuh dan tanpa syarat serta perdamaian di Ukraina yang didasarkan pada penghormatan penuh terhadap Piagam PBB.
Terkait Taiwan, Kallas pun menegaskan kembali komitmen UE terhadap kebijakan Satu China, sambil menyatakan penentangan terhadap segala upaya sepihak untuk mengubah status quo, termasuk dengan kekerasan atau paksaan.
Pewarta: Desca Lidya Natalia
Editor: Aditya Eko Sigit Wicaksono
Copyright © ANTARA 2025
Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.