Jakarta (ANTARA) - Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) menyelenggarakan kegiatan BPOM DEKAT (Desk Konsultasi Terintegrasi) 2025, dalam rangka memperingati Hari Jamu Nasional dan meningkatkan kualitas pelayanan publik di bidang obat tradisional, suplemen kesehatan, dan kosmetik.
Dalam keterangan yang diterima di Jakarta Selasa, Deputi Bidang Pengawasan Obat Tradisional, Suplemen Kesehatan, dan Kosmetik Mohamad Kashuri mengatakan, kegiatan yang berlangsung selama satu hari penuh ini menjadi wadah konsultasi langsung antara pelaku usaha dengan regulator.
Dalam kegiatan ini, pihaknya menghadirkan sebanyak 46 meja layanan konsultasi yang mencakup berbagai aspek teknis, mulai dari regulasi, registrasi dan notifikasi produk, hingga sertifikasi.
Kegiatan BPOM DEKAT 2025, kata Kashuri, juga menjadi bagian dari rangkaian Pekan Jamu 2025 yang digelar dalam rangka peringatan Hari Jamu Nasional, yang diperingati setiap tanggal 27 Mei.
Baca juga: BPOM upayakan inovasi jamu jadi fitofarmaka guna lengkapi layanan RS
Melalui rangkaian kegiatan tersebut, katanya, BPOM ingin membangkitkan kembali citra jamu sebagai warisan budaya bangsa yang tidak hanya bernilai historis, tetapi juga memiliki standar keamanan dan mutu tinggi.
“Pelaksanaan kegiatan ini menjadi sangat penting mengingat besarnya peran pelaku usaha, khususnya UMKM, dalam membangun industri obat bahan alam dan produk kesehatan berbasis kearifan lokal yang aman, bermutu, dan bermanfaat,” katanya.
Kegiatan ini, dia melanjutkan, adalah upaya penting dari pihaknya untuk menghadirkan layanan publik yang cepat, terbuka, dan solutif. Dengan pendekatan layanan yang komprehensif dan responsif, BPOM berharap kegiatan ini mampu menciptakan ekosistem industri obat tradisional, suplemen kesehatan, dan kosmetik yang taat regulasi, kompetitif secara global, serta berkelanjutan.
Baca juga: Kemenkes prioritaskan obat bahan alam dalam transformasi kesehatan
Menurutnya, DEKAT 2025 momentum penting untuk memperkuat sinergi antara BPOM dan pelaku usaha, khususnya dalam mendukung pertumbuhan industri obat bahan alam yang aman, bermutu, dan berbasis kearifan lokal. Kegiatan ini juga diharapkan menjadi jembatan komunikasi dua arah yang efektif antara regulator dan pelaku usaha, sekaligus mempercepat proses perizinan dan meningkatkan pemahaman terhadap regulasi yang berlaku.
“Saya berharap para peserta dapat memanfaatkan kesempatan ini sebaik-baiknya untuk menggali informasi, menyampaikan kendala, menyelesaikan proses perizinan, serta membangun pemahaman yang lebih baik terhadap ketentuan yang berlaku. Jadikan kegiatan ini sebagai momentum untuk memperkuat kolaborasi, meningkatkan ketaatan, dan mendorong daya saing produk lokal di pasar nasional maupun global,” kata Kashuri.
Sebanyak 200 pelaku usaha, termasuk dari kalangan usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) turut serta secara tatap muka maupun daring.
Salah satu pelaku usaha yang mengikuti program BPOM DEKAT Siti Istiqomah mengungkapkan sangat terbantu dengan dibukanya konsultasi secara langsung dan terintegrasi itu.
“Kami mulai -usaha- dari nol, jadi membutuhkan bimbingan dari sisi regulasi untuk kami pelajari, sekalipun kami dapat membaca aturan, kami tetap membutuhkan pendampingan langsung dari tim BPOM, dan kegiatan ini sangat bermanfaat bagi kami sebagai pendatang baru di industri ini,” ujar Siti.
Baca juga: Putri Wardani: Jamu menjadi alat diplomasi budaya Indonesia
Lain hal dengan Anita RD, yang menjelaskan bahwa pihaknya berharap program BPOM DEKAT ini dapat dilakukan secara rutin untuk mendukung UMKM dalam memenuhi regulasi dan mengembangkan usaha.
“Saat ini kami sedang mengembangkan produk perawatan kulit untuk anak-anak -di bawah 10 tahun-, jadi konsepnya -regulasinya- harus matang, dan kami berharap kegiatan ini dilakukan secara rutin per semester khusus untuk UMKM, itu bagus sekali, jadi UMKM pemula tidak bingung harus memulai usahanya dari mana,” harapnya.
Pewarta: Mecca Yumna Ning Prisie
Editor: M. Tohamaksun
Copyright © ANTARA 2025