Jakarta (ANTARA) - Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) memastikan sebanyak 51 unit rumah warga terdampak konflik sosial di Adonara Barat, Flores Timur, Nusa Tenggara Timur sudah dalam tahap pembangunan.
Kepala BNPB Suharyanto di Jakarta, Kamis, mengatakan bahwa total ada sebanyak 52 unit rumah yang dibangun namun satu di antaranya sudah selesai dan selebihnya masih dalam proses pembangunan.
"Semuanya sedang berjalan mungkin agak lambat karena tentu saja material dan kondisi tukang berpengaruh tapi kami melihat terus berjalan pengerjaan semoga dalam waktu dekat akan selesai,” kata dia.
Dia menambahkan bahwa pemerintah juga akan melengkapi infrastruktur jalan umum dan sumur bor demi mencukupi kebutuhan air bersih sebagaimana aspirasi dari warga Desa Illepati, Adonara Barat.
Baca juga: BNPB usul bangun kembali rumah terbakar karena konflik di Adonara NTT
Upaya tersebut menjadi wujud nyata kehadiran pemerintah dalam penyelesaian masalah di lingkungan yang sempat terdampak konflik sosial di Nusa Tenggara Timur demi kemaslahatan masyarakat setempat.
Sebelumnya, Pemerintah Provinsi Nusa Tenggara Timur melaporkan telah terjadi konflik antarwarga di Adonara Barat, Flores Timur yang melibat warga Desa Bugalima dan Desa Ilepati pada 21 Oktober 2024.
Selain puluhan rumah rusak dibakar, pemerintah provinsi menyebutkan peristiwa tersebut juga mengakibatkan empat orang tertembak dan satu orang dikabarkan meninggal dunia karena ikut terbakar di dalam rumah yang dibakar.
Peristiwa konflik sosial ini langsung mendapat perhatian serius hingga ditingkat pemerintah pusat yang kemudian diselesaikan secara damai dan kekeluargaan, atas kolaborasi lintas kementerian dan lembaga di bawah koordinasi Kementerian Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan.
Baca juga: Penyelesaian konflik sosial di Adonara NTT bakal diatur dalam Kepres
Baca juga: Kemensos beri bantuan Rp446,6 juta bagi korban konflik Adonara Barat
Pewarta: M. Riezko Bima Elko Prasetyo
Editor: Nurul Hayat
Copyright © ANTARA 2025
Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.