Jakarta (ANTARA) - Deputi Bidang Promosi Penanaman Modal Kementerian Investasi dan Hilirisasi/Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Nurul Ichwan mengharapkan, hubungan bisnis Indonesia dengan Amerika Serikat (AS) berlangsung dengan sangat baik.
Pernyataan tersebut disampaikan dalam agenda peluncuran laporan “Bisnis AS untuk Indonesia” (BISA) bertema “Strengthening Indonesia’s Future through US-Indonesia Business Collaboration” oleh US-ASEAN Business Council (USABC) di Jakarta, Selasa.
“Apa yang di-design oleh pemerintah Indonesia ternyata juga bisa mendapatkan partisipasi dari pelaku usaha global, khususnya dari Amerika. Kenapa saya katakan khususnya dari Amerika? Karena Amerika ini sebenarnya bagi kami adalah negara yang kita sangat berharap sekali bahwa hubungan bisnis kita akan terjadi dengan sangat baik,” ungkap dia.
Selama periode 2020 hingga semester I-2025, AS menjadi negara yang menanamkan modal terbesar keenam di Indonesia dengan total realisasi 14,85 miliar dolar AS.
Baca juga: Trump hindari bahas solusi dua negara, fokus bangun kembali Gaza
Adapun realisasi pada 2020 sebesar 749,73 juta dolar AS, lalu 2.537,21 juta dolar AS pada 2021, 3.026,23 juta dolar AS pada 2022, 3.283,11 juta dolar AS pada 2023, 3.696,77 juta dolar AS pada 2024, dan 1.557,35 juta dolar AS hingga semester I-2025.
Investasi AS selama lima tahun terakhir terkonsentrasi di sektor manufaktur 78 persen, sektor jasa 14 persen, dan sektor primer 2 persen.
Secara rinci, investasi terbesar di sektor pertambangan yaitu 10,83 miliar dolar AS atau 73 persen, jasa lainnya 1,98 miliar dolar AS atau 13 persen, industri logam dasar 0,55 miliar dolar AS atau 4 persen, kemudian utilitas (listrik, gas, dan air) 0,35 miliar dolar AS atau 2 persen, serta industri kimia dan farmasi 0,23 persen atau 2 persen.
Melihat berdasarkan lokasi, provinsi Jawa Timur paling banyak memperoleh investasi dari AS dengan nilai 5,58 miliar dolar AS atau 38 persen, Papua Tengah 3,18 miliar dolar AS atau 21 persen, Papua 2,8 miliar dolar AS atau 19 persen, Jawa Barat 1,93 miliar dolar AS atau 13 persen, dan DKI Jakarta 0,39 miliar dolar AS atau 3 persen.
Baca juga: Kemenperin resmikan Apple Academy di Bali, perkuat inovasi domestik
AS juga menjadi negara yang selalu menempati peringkat 10 besar dalam hal investasi di Indonesia. Mulai dari peringkat 8 pada 2020, tahun 2021 ke posisi 4, 2022 dan 2023 tetap di posisi 6, 2024 peringkat 5, dan semester I-2025 di ranking 6.
“Mudah-mudahan di akhir tahun nanti akan kembali ke ranking ke-5 lagi, syukur-syukur lebih tinggi dari ke-5,” katanya.
Menurut dia, AS juga menjadi sangat penting bagi Indonesia karena adanya dukungan intervensi teknologi, khususnya yang terkait dengan digitalisasi, robotik, genetik, hingga Internet of Things, untuk meningkatkan nilai tambah.
Sebagai contoh, Apple sudah memiliki 3-4 Apple Academy di Indonesia dan akan terus berkembang.
Baca juga: Apple Developer Academy keempat di Indonesia resmi dibuka di Bali
“Itu luar biasa. Kenapa? Karena kita paham bahwa ketika Indonesia ingin maju, itu tidak bisa kita mengandalkan kepada industri yang berbasis atas labor intensive (padat karya), tetapi juga ini sudah bergeser kepada capital intensive (padat modal),” ujar Nurul.
Pewarta: M Baqir Idrus Alatas
Editor: Abdul Hakim Muhiddin
Copyright © ANTARA 2025
Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.