BCA sebut dampak tarif AS terhadap kredit manufaktur masih minim

21 hours ago 4

Jakarta (ANTARA) - PT Bank Central Asia Tbk (BCA) memandang, dampak kebijakan tarif resiprokal yang diterapkan Amerika Serikat (AS) terhadap penyaluran kredit sektor manufaktur sejauh ini masih minimal.

“Mengenai tarif resiprokal dari Amerika, sejauh ini dampaknya ke kredit manufacturing, kita lihat minimal,” kata Presiden Direktur PT Bank Central Asia Tbk Hendra Lembong saat konferensi pers di Jakarta, Rabu.

Meski begitu, perseroan tetap mencermati perkembangan lebih lanjut, mengingat sebagian besar negosiasi final terkait kebijakan tarif akan diumumkan pada Agustus, kecuali untuk China yang kemungkinan akan ditunda.

Menurut Hendra, tantangan industri perbankan pada semester kedua tahun ini masih akan dipengaruhi oleh dinamika global, terutama kebijakan perdagangan AS terhadap sejumlah negara lain, termasuk Indonesia.

Hendra mengungkapkan, belakangan ini dirinya banyak berdiskusi dengan nasabah yang bergerak di sektor ekspor-impor. Perseroan pun terus memantau perkembangan situasi global dan mencari cara untuk mendukung nasabah agar tetap dapat mengembangkan bisnis di tengah ketidakpastian.

Wakil Presiden Direktur BCA John Kosasih menambahkan bahwa perseroan melihat kondisi likuiditas perbankan semakin ample (tersedia cukup), ditopang oleh tren penurunan suku bunga.

Selain itu, realisasi belanja pemerintah dan proyek-proyek strategis nasional diharapkan mulai meningkat pada paruh kedua 2025, yang berpotensi mendorong pertumbuhan ekonomi, penyaluran kredit, serta penghimpunan dana pihak ketiga (DPK).

“Dengan itu mudah-mudahan pertumbuhan kredit tentu saja, dan dana pihak ketiga ini bisa lebih baik lagi. Kita lihat nanti perkembangannya di semester yang kedua,” kata John.

Pada semester I 2025, kredit BCA tercatat tumbuh sebesar 12,9 persen secara year on year (yoy) menjadi Rp959 triliun.

Kredit korporasi BCA tumbuh 16,1 persen yoy mencapai Rp451,8 triliun per Juni 2025. Adapun kredit komersial naik 12,6 persen yoy menjadi Rp143,6 triliun, dan kredit UKM meningkat 11,1 persen yoy hingga Rp127 triliun.

Total pertumbuhan kredit konsumer mencapai 7,6 persen yoy hingga Rp226,4 triliun. Kinerja kredit konsumer ditopang pertumbuhan KPR sebesar 8,4 persen menjadi Rp137,6 triliun dan kredit kendaraan bermotor (KKB) 5,2 persen mencapai Rp65,4 triliun.

Sedangkan outstanding pinjaman konsumer lainnya, sebagian besar kartu kredit, tumbuh 9,4 persen yoy mencapai Rp23,4 triliun.

Kualitas pinjaman BCA terjaga solid, tercermin dari rasio loan at risk (LAR) 5,7 persen pada semester I 2025 atau membaik dari 6,4 persen pada tahun sebelumnya. Sementara itu, rasio non performing loan (NPL) juga terkelola dengan baik di level 2,2 persen.

Baca juga: BCA bukukan laba Rp29 triliun pada semester I 2025

Baca juga: BCA: RBB tak direvisi, target kredit tetap 6-8 persen pada 2025

Baca juga: BCA Syariah ditetapkan Kemenag sebagai LKS penerima wakaf uang

Pewarta: Rizka Khaerunnisa
Editor: Biqwanto Situmorang
Copyright © ANTARA 2025

Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.

Read Entire Article
Rakyat news | | | |