BCA ingatkan faktor manusia sering menjadi pintu masuk kejahatan siber

3 weeks ago 4
Kalau dilihat lebih dalam lagi, celah kelemahan itu di sisi people-nya termasuk nasabah atau pihak ketiga. Ini yang coba ‘dihajar’ oleh fraudster atau hacker.

Jakarta (ANTARA) - PT Bank Central Asia Tbk (BCA) mengingatkan bahwa aspek people atau manusia merupakan titik rawan yang paling sering dimanfaatkan untuk menjadi pintu masuk pelaku kejahatan siber.

Aspek people ini menjadi tantangan terbesar, khususnya ketika individu kurang waspada. Pelaku kejahatan siber kerap memanfaatkan titik lemah tersebut untuk menjalankan modus lama, seperti phishing dan social engineering, melalui jalur baru, misalnya fake BTS.

“Kalau dilihat lebih dalam lagi, celah kelemahan itu di sisi people-nya termasuk nasabah atau pihak ketiga. Ini yang coba ‘dihajar’ oleh fraudster atau hacker,” kata Vice President BCA Sugianto Wono dalam kegiatan media gathering bersama PRIMA, di Jakarta, Rabu.

Sugianto menjelaskan, meski modus kejahatan siber seperti phishing dan social engineering termasuk cara lama, para pelaku kejahatan terus beradaptasi dengan memanfaatkan celah-celah baru, salah satunya melalui fake BTS (base tansceiver station).

Dalam menjalankan aksinya, pelaku menggunakan perangkat yang dapat dipindahkan dan memiliki radius sinyal kecil yang hanya beberapa kilometer. Celah ini bisa dimanfaatkan karena sebagian jaringan seluler masih mendukung 2G, yang lebih rentan dan mudah dijadikan pintu masuk bagi pelaku.

“(Jaringan) 2G itu bisa dimanfaatkan oleh pelaku. Ketika ada sinyal yang lebih kuat, maka handphone kita bisa terkoneksi ke situ. Cara-cara itu ditangkap sama fraudster bahwa oh ternyata di Indonesia ini masih ada celah itu. Jadi mereka pasang semacam BTS yang bisa dibawa ke mana-mana,” ujar Sugianto.

Fake BTS menyamar sebagai menara seluler resmi untuk mengirim SMS palsu seolah-olah berasal dari bank atau operator, dengan tujuan menipu korban agar mengklik tautan phishing dan menyerahkan informasi pribadi.

“Pertanyaannya, kenapa SMS bisa mirip sekali sama institusi bank. Katakan di radius yang kecil itu, kita sudah masuk ke situ. Otomatis SMS yang di-deliver bisa mereka modifikasi seolah-olah dari bank atau institusi tersebut,” kata Sugianto.

Menurutnya, penggunaan fake BTS hanya salah satu strategi baru pelaku kejahatan siber. Sementara metode lama seperti phishing tetap digunakan, pelaku kini memanfaatkan jalur baru yang mengikuti perkembangan teknologi.

“Cara-cara yang dipakai sama, cuma celahnya yang mereka terus improve,” kata dia lagi.

Terkait dengan phishing melalui fake BTS ini, Sugianto mengatakan bahwa BCA akan segera take down atau menindak semua tautan berbahaya yang terdeteksi. Langkah ini bertujuan agar mencegah adanya korban dan dana nasabah tetap aman.

“Indonesia masih banyak daerah-daerah yang membutuhkan 2G. Jadi apa yang bisa kita lakukan? Ketika menerima laporan ada SMS phising, kita take down yang ada di SMS itu,” kata dia pula.

Mengingat titik terlemah ada pada aspek people, Sugianto pun menekankan pentingnya beragam bentuk edukasi agar nasabah lebih waspada terhadap modus-modus penipuan digital.

BCA aktif mengedukasi publik melalui berbagai kanal komunikasi, termasuk kampanye nasional bertajuk “Don’t Know? Kasih No!”, sebuah gerakan literasi digital yang mengajak masyarakat untuk berpikir kritis dan tidak asal klik terhadap informasi yang tidak jelas sumber atau kredibilitasnya.

Sementara dari sisi internal sebagai bagian dari upaya memperkuat sistem keamanan, BCA secara proaktif mendorong pemanfaatan teknologi AI yang sejalan dengan prinsip etika dan kepatuhan.

Perseroan mengembangkan teknologi deteksi dini berbasis AI melalui sistem fraud detection dan machine learning untuk mengidentifikasi potensi ancaman siber secara real-time.

Selain itu, BCA juga menerapkan prinsip zero trust, multi-layered authentication, serta melakukan audit keamanan secara berkala untuk memastikan sistem tetap tangguh terhadap berbagai bentuk serangan.

Baca juga: BCA Digital perkenalkan aplikasi Blu 2.0

Baca juga: BCA: Blokir rekening dormant langkah positif guna cegah penyalahgunaan

Pewarta: Rizka Khaerunnisa
Editor: Budisantoso Budiman
Copyright © ANTARA 2025

Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.

Read Entire Article
Rakyat news | | | |