Sampit (ANTARA) - Pemerintah Kabupaten Kotawaringin Timur (Kotim), Kalimantan Tengah, resmi menjadikan Desa Bagendang Tengah, Kecamatan Mentaya Hilir Utara sebagai Desa Siaga Stunting pertama di Kotim.
“Desa Siaga Stunting ini bukan hanya simbol komitmen, tetapi juga wujud nyata keterlibatan seluruh elemen masyarakat dalam mendeteksi dini, mencegah, dan menangani kasus stunting sejak dari hulu,” kata Bupati Kotim Halikinnor di Sampit, Kamis.
Bupati Kotim memimpin langsung peluncuran program Desa Siaga Stunting yang dirangkai dengan acara advokasi, koordinasi dan bimbingan teknis kelompok kerja operasional (pokjanal) posyandu yang dilaksanakan di sebuah hotel di Sampit.
Melalui kolaborasi antara pemerintah, kader kesehatan, tokoh masyarakat, dan mitra diharapkan setiap ibu hamil, bayi, dan balita mendapatkan pendampingan serta layanan gizi yang optimal.
“Dengan penguatan peran desa, kita optimistis angka stunting dapat ditekan secara signifikan dan berkelanjutan,” ucapnya.
Baca juga: Pemkab Kotim prioritaskan penanganan stunting 29 desa
Ia menambahkan, kegiatan ini juga merupakan momentum yang penting bagi semua pemangku kepentingan untuk bersama-sama mengevaluasi program kesehatan masyarakat yang telah berjalan, sekaligus menyusun langkah-langkah strategis untuk peningkatan layanan kesehatan.
"Kami menyadari bahwa sektor kesehatan memiliki peranan krusial dalam mewujudkan masyarakat yang sehat, produktif, dan sejahtera," ujarnya.
Sementara itu, Kepala Dinas Kesehatan Kotim Umar Kaderi menjelaskan perwujudan Desa Siaga Stunting berkontribusi pada area penataan dan peningkatan kualitas pelayanan publik khususnya dalam mewujudkan penurunan prevalensi stunting di Kotim.
Desa Siaga Stunting merupakan salah satu strategi pemerintah dalam upaya percepatan penurunan angka stunting melalui pendekatan berbasis masyarakat di tingkat desa.
“Selama ini kita telah melaksanakan kegiatan penanganan stunting yang bersifat top down, artinya kebijakan dari atas kita dorong ke desa-desa. Alhamdulillah itu cukup berhasil, tetapi kelemahan kita adalah kurangnya pengawasan melibatkan masyarakat,” katanya.
Baca juga: Kalteng kejar penurunan stunting pada 2025 menjadi 20,6 persen
Oleh karena itu, Desa Siaga Stunting ini dinilai sebagai terobosan baru di Kotim yang diharapkan dapat memperkuat pemberdayaan masyarakat, sehingga dalam program ini peran masyarakat dalam penanganan stunting lebih diutamakan.
"Program ini bertujuan memperkuat peran desa dalam mendeteksi dini faktor risiko stunting, memberikan edukasi gizi kepada masyarakat, serta meningkatkan akses terhadap pelayanan kesehatan dasar, terutama bagi ibu hamil, ibu menyusui, bayi, dan balita," ujarnya.
Pewarta: Muhammad Arif Hidayat/Devita Maulina
Editor: Bambang Sutopo Hadi
Copyright © ANTARA 2025