Jakarta (ANTARA) - Anggota Komisi XII DPR RI Gandung Pardiman menilai groundbreaking atau peletakan batu pertama untuk proyek baterai kendaraan listrik (EV) pada pekan ketiga Juni mendorong hilirisasi dan upaya transisi energi nasional.
“Ini bukan sekadar proyek industri biasa. Groundbreaking ini mencerminkan arah kebijakan negara yang ingin keluar dari ketergantungan pada ekspor bahan mentah. Kita harus membangun ekosistem industri dari hulu sampai hilir di dalam negeri,” ujar Gandung di Jakarta, Rabu.
Anggota DPR dari Komisi XII yang membidangi energi dan sumber daya mineral tersebut menekankan bahwa proyek ini harus dijalankan secara inklusif dengan melibatkan pelaku usaha nasional, termasuk BUMN, koperasi, dan UMKM, agar nilai ekonomi yang tercipta dapat dirasakan oleh masyarakat secara luas.
“Penting bagi kita memastikan bahwa manfaat proyek tidak hanya dinikmati oleh perusahaan besar. Harus ada ruang bagi pelaku usaha kecil dan daerah untuk ikut tumbuh dalam ekosistem ini,” ucapnya.
Gandung juga mengingatkan pentingnya menjaga aspek lingkungan dalam pelaksanaan proyek. Ia mendorong agar penerapan good mining practice dan teknologi ramah lingkungan menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari pembangunan.
“Transisi energi tidak boleh menimbulkan kerusakan baru. Proyek ini harus memperhatikan prinsip keberlanjutan, menjaga lingkungan, dan berpihak pada rakyat,” tutup Gandung.
Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) akan memulai groundbreaking megaproyek ekosistem baterai kendaraan listrik (EV) pada pekan ketiga Juni 2025. Proyek ini mencakup pembangunan fasilitas pengolahan dan pemurnian nikel (smelter HPAL), pabrik prekursor-katoda, serta fasilitas produksi sel baterai dan battery pack.
Nilai investasi yang dikucurkan diperkirakan mencapai sekitar 6–7 miliar dolar AS atau lebih dari Rp97–114 triliun, dan akan menciptakan lebih dari 20.000 lapangan kerja.
Menteri ESDM Bahlil Lahadalia menyampaikan bahwa proyek ini merupakan bagian dari strategi besar pemerintah untuk mempercepat elektrifikasi transportasi dan pengembangan energi baru terbarukan.
“Ini adalah proyek pertama di Asia Tenggara yang membangun rantai pasok baterai secara terintegrasi. Indonesia harus berhenti menjadi pasar dan mulai menjadi pemain dalam industri masa depan,” ujar Bahlil.
Baca juga: Anggota DPR: Devisa ekspor bisa dimanfaatkan untuk percepat hilirisasi
Baca juga: Komisi VII DPR dukung hilirisasi sawit untuk pembangunan ekonomi
Baca juga: Anggota DPR yakin hilirisasi kunci RI keluar dari "middle income trap"
Pewarta: Putu Indah Savitri
Editor: Ahmad Buchori
Copyright © ANTARA 2025