Ahli kembangkan teknologi untuk mengidentifikasi tumor otak

1 week ago 7

Beijing (ANTARA) - Para ahli kesehatan di China baru saja menyelesaikan uji coba klinis mikroelektroda implan untuk menentukan lokasi tepat tumor otak yang mendalam, menandai terobosan dalam pengembangan teknologi antarmuka otak-komputer klinis di negara tersebut.

Tumor otak, seperti glioma dan metastasis otak, dikenal memiliki tingkat kejadian, kematian, dan kekambuhan yang tinggi. Pola pertumbuhan invasif dari tumor-tumor itu sering kali mengaburkan batas antara jaringan tumor dan jaringan otak normal sehingga penentuan batas-batas lesi secara berpresisi sangat penting dalam reseksi bedah, perencanaan radioterapi, dan evaluasi prognosis.

Meskipun pemeriksaan praoperasi yang lazim digunakan dapat memperkirakan lokasi tumor dan membantu mengidentifikasi lesi sambil menghindari area-area fungsional, pemeriksaan tersebut tidak dapat mencerminkan perubahan dinamis selama operasi, kata direktur departemen bedah saraf di Rumah Sakit Afiliasi Pertama Universitas Kedokteran Harbin Shi Huaizhang. Shi menekankan bahwa dunia medis sangat membutuhkan teknologi yang mampu memberikan interpretasi intraoperatif secara waktu nyata (real-time) dan identifikasi yang akurat.

Untuk menjawab kebutuhan itu, Institut Penelitian Informasi Kedirgantaraan (Aerospace Information Research Institute/AIR) di bawah naungan Akademi Ilmu Pengetahuan China (Chinese Academy of Sciences/CAS), bekerja sama dengan rumah sakit tersebut, memanfaatkan mikroelektrode klinis antarmuka otak-komputer serta pengaturan multitingkat dan detektor sinkronisasi sinyal saraf dengan keluaran tinggi, keduanya dikembangkan oleh AIR. Kemitraan itu berhasil menyelesaikan uji klinis teknologi tersebut untuk menentukan lokasi batas-batas tumor di bagian dalam otak secara berpresisi.

Mikroelektrode klinis yang digunakan dalam uji coba itu terutama berbasis pada teknologi sistem mikroelektromekanis (microelectromechanical system) dan teknologi material nanofungsional. Berfungsi sebagai sebuah perangkat saraf antarmuka otak-komputer yang baru dengan resolusi spasial temporal yang tinggi, mikroelektrode menggabungkan fleksibilitas tinggi dan tingkat keamanan hayati yang optimal sehingga mampu mengidentifikasi batas-batas tumor melalui deteksi sinyal secara aktual.

Detektor sinyal saraf yang menyertainya berfungsi sebagai dekoder sinyal, yang secara sinkron mengumpulkan dan menganalisis sinyal saraf dalam jumlah besar. Alat ini mengubah sinyal mentah yang ditangkap oleh elektrode menjadi "navigasi lesi" yang berpresisi, sehingga menyediakan data aktual untuk penentuan batas-batas tumor selama operasi.

Peneliti di AIR Wang Mixiamenyoroti bahwa keunggulan mikroelektrode klinis itu meliputi cakupan deteksi yang lebih luas, akurasi posisi yang lebih tinggi, serta dimensi informasi yang lebih komprehensif.

"Teknologi ini mengatasi keterbatasan elektrode saraf konvensional yang hanya dapat mendeteksi tumor otak kortikal," ujar Wang.

Elektrode dapat mendeteksi sinyal saraf di seluruh korteks, otak bagian dangkal, hingga otak bagian yang lebih dalam sehingga tidak hanya memungkinkan pendeteksian sinyal neuroelektrofisiologis, tapi, juga deteksi simultan sinyal-sinyal kimia neurotransmiter.

"Oleh karena itu, mampu memberikan informasi yang jauh lebih akurat," kata Wang menambahkan.

Shi menjelaskan bahwa uji klinis dilakukan pada seorang pasien glioma. Dengan mengintegrasikan data pencitraan dengan umpan balik sinyal saraf pada tingkat sel tunggal secara aktual dari mikroelektrode klinis, tim peneliti berhasil dan secara akurat mengidentifikasi batas-batas tumor.

Pendekatan tersebut memungkinkan reseksi tumor secara maksimal sambil tetap mempertahankan area-area otak yang masih berfungsi.

"Setelah operasi, pasien tidak mengalami kejang epilepsi, menunjukkan ekspresi berbahasa yang jelas dan lancar, serta peningkatan kualitas hidup.Selain itu, operasi ini tidak menyebabkan gangguan neurologis baru sehingga memberikan dasar yang kuat untuk rehabilitasi berikutnya dan pengobatan lanjutan," ujar Shi.

Pewarta: Xinhua
Editor: Natisha Andarningtyas
Copyright © ANTARA 2025

Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.

Read Entire Article
Rakyat news | | | |