Cape Town (ANTARA) - Tenaga kesehatan (nakes) dari rumah sakit publik dan swasta di seluruh Afrika Selatan (Afsel) pada Kamis (7/8) menggelar aksi protes terhadap penggunaan krisis pangan dan kelaparan massal sebagai senjata oleh Israel di Gaza.
Di Provinsi Western Cape, aksi protes digelar di sedikitnya 10 fasilitas dan area sekitarnya, dengan beberapa demonstrasi lainnya juga dijadwalkan akan berlangsung di Provinsi Gauteng.
Feroza Armien, anggota organisasi Healthcare Workers 4 Palestine SA, mengatakan bahwa melalui aksi protes terkoordinasi yang digelar saat jam makan siang di seluruh negeri, para nakes menyampaikan pesan yang tegas, yakni tindakan genosida sedang terjadi, dan hal ini harus dikecam.
"Penggunaan layanan kesehatan sebagai senjata merupakan salah satu alat dalam tindakan genosida ini, dan hal itu sepenuhnya bertentangan dengan hukum humaniter internasional. Rumah sakit dan nakes seharusnya dilindungi secara penuh di zona perang, tetapi Israel justru menghilangkan nyawa semua nakes kami dan membunuh mereka, menargetkan mereka, melukai, menyiksa, menculik mereka, bahkan membombardir rumah sakit. Tidak ada layanan kesehatan yang tersedia sama sekali," paparnya.
"Sebagai nakes profesional, kami tidak bisa tinggal diam ketika profesi kami benar-benar dalam ancaman serius dan digunakan untuk membunuh daripada menyelamatkan nyawa, yang merupakan prinsip dasar dari profesi kami," ujarnya.

Armien mengatakan bahwa alat terbaru yang digunakan dalam genosida ini adalah kelaparan. "Para ibu tidak bisa memproduksi ASI karena mereka mengalami malanutrisi yang parah... Anak-anak sekarat, para ibu juga sekarat. Kelaparan adalah bentuk kematian yang sangat lambat, menyakitkan, dan kejam," kata dokter itu.
Situasi di Gaza telah mencapai tingkat terburuk, yakni "Fase 5: Kelaparan/Katastrofe", menurut Klasifikasi Fase Ketahanan Pangan Terpadu (Integrated Food Security Phase Classification/IPC).
Sebelumnya, Philippe Lazzarini, komisaris jenderal Badan Bantuan Perserikatan Bangsa-Bangsa untuk Pengungsi Palestina di Kawasan Timur Dekat (UNRWA), menyerukan kepada Israel untuk mengizinkan PBB dan mitra-mitranya menjalankan tugas mereka tanpa hambatan.
"Sebelum kelaparan meluas, pusat-pusat distribusi berbasis komunitas yang didukung oleh para mitra telah menyediakan makanan dan bantuan kepada 2 juta penduduk yang tersebar di seluruh Jalur Gaza. Lima bulan sejak upaya berkelanjutan untuk menggantikan respons yang dikoordinasikan PBB dengan empat titik distribusi militer Israel, kelaparan kini telah menjadi pembunuh terbaru di Gaza," tulisnya dalam sebuah unggahan di platform media sosial X.
Menurut Kementerian Kesehatan di Gaza, lebih dari 60.000 warga Palestina tewas akibat serangan Israel, dan 150.000 lainnya mengalami luka-luka.
Penerjemah: Xinhua
Editor: Azis Kurmala
Copyright © ANTARA 2025
Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.