Jakarta (ANTARA) – PT Wijaya Karya Bangunan Gedung Tbk (WEGE) terus memperkuat transformasi bisnisnya sebagai perusahaan konstruksi gedung yang adaptif terhadap perubahan industri, dengan menempatkan inovasi teknologi, keberlanjutan, dan tata kelola perusahaan sebagai fondasi utama pertumbuhan jangka panjang.
Sejak berdiri sebagai spesialis konstruksi gedung, WEGE berkembang dari kontraktor konvensional menjadi penyedia solusi konstruksi modern, khususnya pada segmen high-rise building, fasilitas publik, bangunan berskala besar, dan menjadi spesialis pada bangunan Modular. Transformasi tersebut semakin menguat setelah WEGE resmi tercatat di Bursa Efek Indonesia, yang mendorong penguatan transparansi, disiplin keuangan, dan praktik good corporate governance.
Dari sisi kinerja operasional, hingga September 2025 WEGE mencatatkan total nilai kontrak kumulatif sebesar Rp56 triliun dengan jumlah proyek mencapai 413 proyek. Portofolio ini mencerminkan diversifikasi proyek yang solid oleh sektor pemerintah, BUMN, dan swasta, sehingga memberikan visibilitas pendapatan yang lebih terjaga di tengah volatilitas industri konstruksi.
Kepercayaan pasar juga tercermin dari penilaian lembaga independen. WEGE memperoleh peringkat kredit korporasi idBBB dari PEFINDO, yang berada pada kategori layak investasi (investment grade). Peringkat tersebut menunjukkan kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban keuangan dengan risiko kredit yang dinilai moderat dan terkendali. Dari perspektif keberlanjutan, WEGE juga memperoleh ESG Risk Rating sebesar 31,1 dari Sustainalytics, yang mencerminkan pengelolaan risiko ESG yang terukur.
Dalam aspek operasional, WEGE mengandalkan penerapan Building Information Modeling (BIM) serta teknologi konstruksi modular. Pendekatan ini dinilai efektif dalam meningkatkan efisiensi biaya dan waktu pelaksanaan proyek, sekaligus memitigasi risiko keterlambatan yang dapat berdampak pada kinerja keuangan.
WEGE mengintegrasikan ESG secara menyeluruh dalam strategi bisnis. Pada pilar Environmental, perusahaan menjalankan pengelolaan emisi karbon, program eko-efisiensi, sertifikasi pengelolaan energi, program Kampung Iklim (ProKlim) dan zero waste, serta konservasi keanekaragaman hayati, termasuk fauna beruang madu. Penerapan teknologi modular juga menjadi bagian dari upaya menekan jejak lingkungan konstruksi.
Pada pilar Social, WEGE melakukan pengukuran dampak program CSR secara terstruktur, pembinaan UMKM, pengembangan dan keberagaman karyawan, peningkatan indeks kepuasan pelanggan, pemberdayaan penyandang disabilitas, serta mendorong inklusi keuangan dan akses produk yang lebih luas.
Sementara pada pilar Governance, WEGE memperkuat tata kelola melalui sertifikasi dan sistem manajemen berstandar SNI, pembentukan komite tata kelola terintegrasi, pembentukan unit khusus keberlanjutan, penerapan Whistle Blowing System, serta Sistem Manajemen Anti Penyuapan. Implementasi GCG WEGE tercermin dari skor ASEAN Corporate Governance Scorecard (ACGS) sebesar 90,49% berdasarkan penilaian IICD.
Ke depan, WEGE menargetkan pertumbuhan yang berimbang antara ekspansi bisnis, manajemen risiko, dan penguatan ESG. Dengan portofolio proyek yang solid, peringkat kredit investment grade, serta tata kelola dan keberlanjutan yang konsisten, WEGE optimistis dapat menjaga kepercayaan pasar modal sekaligus menciptakan nilai jangka panjang bagi pemegang saham dan pemangku kepentingan.
Pewarta: PR Wire
Editor: PR Wire
Copyright © ANTARA 2025
Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.


















































