Semarang (ANTARA) - Pergelaran "Wayang Orang on The Street" yang mengangkat lakon "Sang Pinilih" berlangsung meriah di kawasan Kota Lama Semarang, tepatnya di persimpangan Sayangan, Minggu malam.
Wali Kota Semarang Agustina Wilujeng Pramestuti ikut mengambil peran sebagai tokoh Sang Hyang Wenang, beserta sejumlah kepala organisasi perangkat daerah (OPD) dengan beragam peran dalam pergelaran tersebut.
Bekerja sama dengan Perkumpulan Wayang Orang Ngesti Pandowo Semarang, pergelaran "Wayang Orang on The Street" itu turut memeriahkan rangkaian Festival Kota Lama.
Lakon "Sang Pinilih" menceritakan tentang prajurit putri bernama Srikandi yang sangat terkenal dalam pewayangan tak gentar menghadapi peperangan melawan barisan pasukan Kurawa.
Baca juga: Wamenekraf soroti pentingnya seni budaya dekat dengan generasi muda
Bahkan, dalam peperangan yang dinamakan Kurushetra itu, Srikandi berhasil membunuh Bisma dengan bersenjatakan busur dan panah saktinya.
Agustina, Wali Kota Semarang yang ditemui usai tampil mengaku awalnya sempat agak grogi, sebab tidak menguasai bahasa Jawa halus yang biasa digunakan untuk pakem pewayangan.
"Untung teman-teman semuanya membantu. Dan, yang membuat tadi suasana cair karena kami diizinkan berinteraksi dengan penonton. Terus, boleh pakai bahasa Indonesia," katanya.
Yang pasti, ia berharap pesan yang diangkat dalam lakon pewayangan tersebut tersampaikan dengan baik, dan semakin meningkatkan kecintaan terhadap seni wayang orang, khususnya untuk anak-anak muda.
Baca juga: Tiga museum di Jakarta ditutup sementara pada September 2025

Menurut dia, pergelaran "Wayang Orang on The Street" di Kota Lama itu menjadi awalan untuk mendukung agar kesenian wayang orang yang salah satunya ada di Semarang dengan nama besar Ngesti Pandowo bisa bangkit kembali.
"'Wayang Orang on The Street' ini menjadi 'take off'-nya. Pemerintah Kota Semarang akan mendukung wayang orang untuk bisa bangkit kembali, salah satunya tadi ada janji dari para pemain wayang untuk bisa lebih sering membuat 'perform' di titik-titik mana pun," katanya.
Ia mencontohkan pertunjukan seni budaya di Bali sehingga berharap pergelaran wayang di Semarang menjadi pertunjukan yang gampang dicari dengan berbagai lakon yang disukai oleh penonton.
Selain itu, Agustina mengatakan bahwa Pemerintah Kota Semarang juga berencana untuk memberikan bantuan berupa perangkat pakaian atau kostum wayang kepada semua sanggar wayang di Kota Atlas pada 2026.
Baca juga: Kemenbud meriahkan perayaan HUT ke-80 RI dengan pagelaran wayang kulit
Wakil Wali Kota Semarang Iswar Aminuddin menambahkan bahwa wayang orang bukan sekadar pertunjukan seni tradisional, melainkan juga sarana penting dalam pelestarian nilai-nilai luhur budaya bangsa.
"Saya memberikan apresiasi yang setinggi-tingginya atas terselenggaranya 'Wayang Orang on The Street'. Pagelaran ini tidak saja sebagai upaya pelestarian budaya, tetapi juga sebagai episode untuk mengajarkan dan menanamkan nilai-nilai moral kepada tiap generasi," katanya.

Turut hadir pada pergelaran itu, anggota Komisi VII Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) RI Samuel Wattimena yang berkesempatan membacakan puisi sebelum pertunjukan wayang orang tampil.
Samuel selaku legislator dari Dapil Jawa Tengah 1 yang juga dikenal sebagai desainer tersebut membacakan puisi berjudul "Puisi Pembuka", dilanjutkan menyanyikan lagu "Indonesia Pusaka" bersama sejumlah guru besar yang hadir, dan lagu "Bersuka Ria" karya Bung Karno.
Baca juga: HNW: Wayang harus dijaga agar tak diklaim negara lain
Pewarta: Zuhdiar Laeis
Editor: Sambas
Copyright © ANTARA 2025
Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.