Waspadai gejala campak yang dapat sebabkan komplikasi

58 minutes ago 1

Jakarta (ANTARA) - Dokter Spesialis Anak, Dr. dr. Dominicus Husada, DTM&H, MCTM(TP), Sp.A(K) meminta masyarakat untuk mewaspadai gejala campak pada anak karena dapat menyebabkan komplikasi serius pada kesehatan.

“Gejala awal campak seringkali dianggap sepele karena mirip flu,” kata Dominicus dalam keterangan resminya di Jakarta, Rabu.

Dominicus menyebut gejala campak berupa demam, batuk dan pilek sebelum berkembang menjadi ruam di seluruh tubuh hingga menimbulkan komplikasi serius.

Jika tidak tertangani dengan baik maka penderitanya berisiko terkena pneumonia, diare berat, hingga radang otak (ensefalitis) yang merupakan beberapa komplikasi serius dari campak dan berisiko menyebabkan kecacatan permanen atau bahkan kematian.

Baca juga: 7 orang meninggal akibat campak di Pamekasan, jumlah suspek bertambah

Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI), katanya, dalam rangka menekan angka kasus pada usia anak telah mengeluarkan rekomendasi pemberian imunisasi campak-rubella (MR) atau MMR sesuai jadwal yang telah ditetapkan.

Dosis pertama diberikan pada usia 9 bulan dengan vaksin MR, kemudian dilanjutkan dengan dosis kedua pada usia 15 hingga 18 bulan.

Selanjutnya, anak dianjurkan untuk mendapatkan dosis ketiga atau booster pada usia 5 hingga 7 tahun. Orang tua dapat berkonsultasi ke puskesmas atau fasilitas kesehatan terdekat untuk mendapatkan informasi lebih lanjut.

Ia mengatakan jika anak belum menerima vaksin MR hingga usia 12 bulan, maka vaksin MMR dapat diberikan sebagai dosis pertama.

Di Indonesia, dosis kedua diberikan dengan interval 6 bulan, lalu sekali lagi pada usia 5–7 tahun. Apabila anak telah divaksin MR di usia 9 bulan, maka vaksin MMR dapat diberikan sebagai vaksin booster di usia 18 bulan.

Baca juga: IDAI tekankan pentingnya peningkatan edukasi mengenai imunisasi anak

“Dengan mengikuti jadwal imunisasi secara lengkap, anak memiliki peluang lebih besar untuk terlindungi dari campak, serta berkurangnya risiko komplikasi yang dapat terjadi akibat gondongan dan rubella,” katanya.

Dominicus menekankan orang tua dapat ikut serta dalam melakukan pencegahan penularan campak, dengan menghindari kontak langsung dengan penderita.

"Ingat, penyakit ini sangat menular, dan mudah menyebar bahkan ketika penderita bernapas," katanya.

Keluarga juga diharapkan dapat jaga kebersihan diri dan lingkungan, termasuk mencuci tangan secara rutin dan memastikan ventilasi ruangan tetap baik. Ketiga, tingkatkan daya tahan tubuh anak melalui pola hidup sehat seperti asupan gizi seimbang, cukup tidur, dan aktivitas fisik teratur.

Country Medical Lead MSD Indonesia dr. Amrilmaen Badawi mengajak masyarakat khususnya orang tua untuk mencegah mulai dari langkah sederhana yang penting dilakukan, yakni cek kembali buku imunisasi anak.

“Pastikan dosis MMR lengkap, dan bersama-sama kita lindungi anak-anak kita agar tumbuh menjadi generasi yang sehat dan kuat,” kata dia.

Berdasarkan data Kementerian Kesehatan hingga Agustus 2025 terdapat 46 Kejadian Luar Biasa (KLB) Campak terjadi di Indonesia.

Jawa Timur menjadi salah satu wilayah dengan kasus tinggi, khususnya Kabupaten Sumenep yang melaporkan 2.139 kasus suspek campak dengan 205 kasus terkonfirmasi laboratorium3 dan 20 anak meninggal dunia.

Kementerian Kesehatan juga menyebut bahwa saat ini cakupan imunisasi campak masih jauh dari target 95 persen yang dibutuhkan untuk membentuk kekebalan kelompok (herd immunity).

Baca juga: Pentingnya anak mendapat vaksin campak untuk cegah komplikasi

Baca juga: Dokter: Campak hanya menyerang anak itu mitos

Baca juga: Dokter anak: Vaksinasi masih jadi pencegah utama penyakit campak

Pewarta: Hreeloita Dharma Shanti
Editor: Mahmudah
Copyright © ANTARA 2025

Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.

Read Entire Article
Rakyat news | | | |