Semarang (ANTARA) - Wakil Gubernur Jawa Tengah Taj Yasin Maimoen menyebutkan bahwa tingkat kemiskinan di wilayah tersebut mengalami penurunan menjadi 9,48 persen pada tahun ini.
"Kemiskinan itu, kan indikatornya banyak. Dari indikator-indikator yang ada itu, sudah kita kerjakan semuanya," kata Gus Yasin, sapaan akrabnya, di Semarang.
Menurut dia, penurunan tersebut merupakan hasil dari intervensi menyeluruh di berbagai bidang, mulai pendidikan, kesehatan, hingga bantuan rumah tidak layak huni (RTLH).
Namun, ia menegaskan penurunan itu belum cukup dan masih butuh penguatan kolaborasi lintas sektor sehingga capaian tersebut harus terus ditingkatkan.
Baca juga: BPS sebut tingkat kemiskinan Maret 2025 terendah dalam dua dekade
Ia menekankan pentingnya pembenahan sistem data sebagai fondasi pengentasan kemiskinan yang lebih tepat sasaran.
"Salah satunya sesuai dengan arahan dari Menteri Sosial yang menyebut ada perubahan dari DTKS menjadi DT-SEN atau Data Tunggal Sosial Ekonomi Nasional. Nah, perubahan-perubahan ini harus kita kawal," katanya.
Di sisi lain, kata dia, pengentasan kemiskinan juga dilakukan dengan mengajak organisasi masyarakat, perguruan tinggi, maupun elemen lainnya untuk terlibat aktif dalam percepatan pembangunan daerah.
Ia mengingatkan bahwa tidak cukup satu dinas saja yang bergerak karena kemiskinan melibatkan banyak faktor, seperti kesehatan, pendidikan, dan kondisi tempat tinggal.
Baca juga: Pemerintah targetkan kemiskinan ekstrem nol persen pada 2029
"Ketika kita sudah menemukan satu keluarga, harus dilihat keluarganya sakit atau tidak, kondisinya bagaimana, anaknya bagaimana, sekolahnya bagaimana. Kalau belum ada (intervensi, red.), maka ego sektoral ini yang harus kita hilangkan, kita tanggalkan," katanya.
Karena itu, ia pun mendorong agar semua dinas ikut bertanggung jawab terhadap seluruh indikator kemiskinan, dan bukan hanya yang sesuai tugas pokok dan fungsi (tupoksi).
"Maka indikator-indikator kemiskinan ini harus kita titipkan di setiap organisasi perangkat daerah (OPD). Sehingga ketika ada penemuan di satu indikator, mereka juga harus mendatangi indikator yang lain," katanya.
Berdasarkan rilis dari Badan Pusat Statistik (BPS) Jateng, Jumat, persentase penduduk miskin pada Maret 2025 sebesar 9,48 persen, atau mengalami penurunan 0,10 persen poin dibanding September 2024 yang mencapai 9,58 persen.
Baca juga: BPS: Penduduk miskin di Jabar turun sedikit jadi 3,6 juta jiwa
Sedangkan jumlah penduduk miskin pada Maret 2025 sebanyak 3,37 juta orang, turun 29,65 ribu orang dibanding September 2024.
Persentase penduduk miskin perkotaan pada Maret 2024 sebesar 9,71 persen, turun menjadi 9,10 persen pada Maret 2025, sementara persentase penduduk miskin perdesaan pada Maret 2024 sebesar 11,34 persen, turun menjadi 9,92 persen pada Maret 2025.
Jumlah penduduk miskin di perkotaan pada Maret 2024 sebanyak 1,84 juta orang, turun sebanyak 88,79 ribu orang menjadi 1,75 juta orang pada Maret 2025. Sementara itu, penduduk miskin di perdesaan pada Maret 2024 sebanyak 1,87 juta orang menjadi 1,62 juta orang pada Maret 2025.
Baca juga: Tingkat ketimpangan Jakarta naik, rasio gini capai 0,441 per Maret 2025
Pewarta: Zuhdiar Laeis
Editor: Sambas
Copyright © ANTARA 2025
Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.