Jakarta (ANTARA) - Konfederasi Serikat Pekerja Seluruh Indonesia (KSPSI) mengapresiasi Presiden Prabowo Subianto karena telah memenuhi janjinya pada saat peringatan Hari Buruh Internasional (May Day), Mei 2025 lalu mendukung aktivis buruh Marsinah diangkat sebagai pahlawan nasional.
"Kami berterima kasih kepada Presiden Prabowo Subianto atas penghormatan luar biasa. Ini janji beliau saat peringatan May Day di Monas yang akhirnya diwujudkan. Permintaan kami secara spontan di atas panggung, beliau penuhi," kata Presiden KSPSI Andi Gani Nena Wea saat konferensi pers di Kantor DPP KSPSI, Jakarta, Minggu.
Untuk diketahui, Presiden Prabowo akan mengumumkan sepuluh nama pahlawan nasional, Senin (10/11) bertepatan dengan Hari Pahlawan, termasuk di antaranya Marsinah.
Andi Gani mengatakan keputusan tersebut merupakan momen bersejarah bagi gerakan buruh Indonesia.
Menurutnya, perjuangan Marsinah yang gugur saat memperjuangkan hak-hak buruh akan menjadi inspirasi abadi bagi seluruh pekerja di tanah air.
"Ibu Marsinah adalah anggota KSPSI di PT Catur Putra Surya (CPS) ketika beliau dibunuh saat memperjuangkan hak-hak buruh. Semangat perjuangannya akan selalu hidup, bukan hanya di KSPSI, tetapi bagi seluruh buruh Indonesia," katanya.
Sementara, Marsini, kakak dari mendiang Marsinah, tak mampu menahan rasa haru dan bangga.
Hal itu dirasakan Marsini setelah mendengar kabar bahwa Presiden Prabowo akan menganugerahkan gelar pahlawan nasional kepada adiknya yang gugur dalam perjuangan buruh pada 1993.
Marsini menceritakan momen awal dia mengetahui kabar tersebut. Ia mendapat informasi dari media dan sejumlah wartawan pada awal Mei 2025, tepat saat memperingati May Day.
"Saya waktu itu sedang lelah, karena sedang menyiapkan acara kumpul teman-temannya Marsinah di rumah untuk memperingati May Day. Tiba-tiba ada wartawan yang mengabari. Jujur, saya sangat terharu dan tidak percaya," tuturnya.
Marsini menceritakan sejak saat itu dia dan keluarga berhati-hati menanggapi kabar tersebut karena banyak pihak yang menghubunginya, baik wartawan maupun pejabat daerah. Sementara, proses penetapan masih berjalan.
"Saya takut salah bicara. Jadi, saya tunggu sampai semuanya benar-benar pasti. Alhamdulillah, sekarang sudah jelas gelar pahlawan nasional itu akan resmi diberikan," ujarnya.
Mengenang Marsinah yang gugur di usia 24 tahun, ia mengaku bangga sekaligus terharu karena perjuangan adiknya kini diakui oleh negara. Terlebih, kehidupan Marsinah ketika itu sangat kesulitan ekonomi.
Marsini juga mengungkapkan perjuangan Marsinah tidak hanya sebatas memperjuangkan upah buruh, tetapi juga keberanian seorang perempuan yang menuntut keadilan sosial.
Ia menceritakan semangat Marsinah untuk menegakkan keadilan sudah terlihat sejak muda. Marsinah sempat bercita-cita ingin kuliah hukum agar bisa membela kaum kecil, namun kondisi ekonomi keluarga membuat cita-cita itu tak tercapai.
Alhasil Marsinah pun bekerja sebagai buruh di PT CPS di Porong, Sidoarjo, Jawa Timur.
Menjelang upacara penganugerahan di Istana Negara, Marsini juga menuturkan betapa rumitnya proses administrasi dan verifikasi yang harus dilalui sebelum nama Marsinah ditetapkan sebagai pahlawan nasional.
Ia pun menyampaikan terima kasih kepada semua pihak yang turut mendorong dan membantu proses tersebut, termasuk pejabat daerah dan aktivis buruh.
"Dukungan masyarakat, pemda, dan para pejuang buruh luar biasa. Saya sangat berterima kasih, khususnya kepada Bapak Presiden Prabowo Subianto yang telah memenuhi janjinya saat May Day 2025," ujar Marsini.
Marsini mengharapkan gelar tersebut menjadi pengingat bagi generasi muda tentang pentingnya memperjuangkan hak-hak buruh dan menjaga semangat solidaritas.
Baca juga: Soeharto, Gus Dur hingga Marsinah penuhi syarat jadi pahlawan
Baca juga: Marsinah, potret nyala abadi dari Desa Nglundo menuju gelar pahlawan
Baca juga: Soeharto dan Marsinah
Pewarta: Benardy Ferdiansyah
Editor: Agus Setiawan
Copyright © ANTARA 2025
Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.


















































