Surabaya (ANTARA) - Universitas Terbuka (UT) memperluas akses pendidikan tinggi melalui Sentra Layanan Universitas Terbuka (SALUT) yang tersebar hampir di 700 titik untuk menjangkau 2,5 juta lulusan SMA/SMK/Madrasah yang terancam tidak melanjutkan studi.
“Ada 2,5 juta lulusan terhalang biaya kuliah yang besar, dan masalah baru jika harus meninggalkan kampung halaman ke kota,” kata Direktur Pemasaran dan Kerja Sama (DPKS) Universitas Terbuka Ali Tarigan di UT Surabaya, Selasa.
Menurut Ali, kehadiran SALUT memungkinkan calon mahasiswa tetap berkarya dan kuliah tanpa terbebani biaya hidup di kota.
Ia menjelaskan kolaborasi dengan SALUT yang berada di kabupaten dan kecamatan menjadi kunci percepatan penyampaian informasi, termasuk 28 titik di wilayah UT Surabaya.
“Keunggulannya, mereka lebih dekat dengan calon-calon mahasiswa. Kecepatan informasi akan jauh berbeda,” katanya.
Layanan SALUT dinilai memberikan sentuhan personal bagi calon mahasiswa.
“Ini yang membedakan keunggulan SALUT daripada di UT daerahnya secara langsung, karena beradanya di ibu kota provinsi,” ujar Ali.
Baca juga: UT perkuat jejaring perkuliahan dengan sejumlah kemitraan strategis
Sementara itu, Direktur SALUT Tuban Muhammad Ansori menyebut SALUT sebagai ujung tombak sosialisasi UT di masyarakat.
“SALUT ini menjadi ujung tombak dari UT untuk menjadi pemicu di masyarakat, bagaimana belajar yang efektif dan efisien waktu, bisa kuliah sambil kerja,” ujarnya.
Ia juga mengapresiasi inovasi UT yang menyediakan pendidikan agama Islam khusus pondok pesantren.
“Sekarang ada anak-anak pesantren yang dulu sangat tidak mengenal pendidikan tinggi, itu bisa kuliah tanpa harus keluar dari pesantren,” katanya.
Ansori mencatat pertumbuhan signifikan di Tuban, wilayah berbasis pesantren. Dalam dua tahun, jumlah mahasiswa meningkat dari lebih 1.000 menjadi 2.600 orang.
“Jadi, SALUT ini memang ujung tombaknya UT pusat, bagaimana bisa mensosialisasikan ke masyarakat,” katanya.
Pewarta: Willi Irawan
Editor: Bambang Sutopo Hadi
Copyright © ANTARA 2025
Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.

















































