UE Targetkan Impor AS Senilai 95 Miliar Euro

9 hours ago 4

Brussels (ANTARA) - Komisi Eropa meluncurkan konsultasi publik yang menargetkan impor Amerika Serikat (AS) senilai 95 miliar euro (1 euro = Rp18.785) atau setara 107,2 miliar dolar AS (1 dolar AS = Rp16.533), memperingatkan bahwa langkah balasan dapat diberlakukan jika negosiasi yang sedang berlangsung dengan AS gagal mencapai kesepakatan, demikian menurut sebuah pernyataan yang dirilis pada Kamis (8/5).

Konsultasi tersebut mencakup berbagai macam barang industri dan pertanian AS, termasuk minuman wine, daging beku, pesawat terbang, mobil dan suku cadang mobil, bahan kimia, peralatan listrik, produk perawatan kesehatan, dan mesin.

Pada saat yang sama, blok tersebut juga mempertimbangkan pembatasan baru pada ekspor Uni Eropa (UE) senilai 4,4 miliar euro ke AS, seperti skrap baja dan produk kimia.

Saat ini, UE menghadapi tarif sebesar 25 persen yang diterapkan oleh AS untuk baja, aluminium, dan mobil, selain bea masuk dasar 10 persen untuk sebagian besar ekspor lainnya. Blok tersebut telah mempersiapkan untuk menghadapi kemungkinan berakhirnya gencatan tarif selama 90 hari, yang akan berakhir pada 8 Juli. Jika tidak ada kesepakatan yang tercapai, tarif universal AS yang menargetkan produk UE dapat naik menjadi 20 persen.

Ursula von der Leyen, presiden Komisi Eropa, memberikan pernyataan pers mengenai tindakan balasan Uni Eropa terhadap tarif AS di Strasbourg, Prancis, 12 Maret 2025. (Uni Eropa/Handout via Xinhua)

Komisi Eropa menyatakan bahwa konsultasi mengenai tindakan balasan bertujuan untuk mengatasi tarif universal AS dan tarif yang secara khusus menargetkan mobil dan suku cadang mobil. Komisi itu menyatakan bahwa hampir 70 persen ekspor UE ke AS, yang bernilai 379 miliar euro, kini terdampak oleh tarif baru, termasuk beberapa ekspor yang ditangguhkan untuk sementara. Tarif-tarif ini menaikkan biaya bisnis, memperlambat pertumbuhan ekonomi, memicu inflasi, dan berkontribusi pada meningkatnya ketidakpastian ekonomi global.

Pada saat yang sama, Komisi itu mengumumkan bahwa UE akan mengajukan sengketa Organisasi Perdagangan Dunia (WTO) terhadap apa yang disebut tarif dan bea masuk "timbal balik" untuk kendaraan dan komponen kendaraan. UE akan mengajukan permintaan resmi untuk konsultasi, dengan alasan tindakan AS melanggar aturan inti WTO.

"Tujuan UE adalah menegaskan kembali bahwa aturan-aturan yang telah disepakati secara internasional adalah penting, dan ini tidak dapat diabaikan secara sepihak oleh anggota WTO mana pun, termasuk AS," seperti ditegaskan dalam pernyataan itu.

Seraya menggarisbawahi preferensi UE untuk solusi yang dirundingkan, Presiden Komisi Eropa Ursula von der Leyen menekankan bahwa blok tersebut "terus mempersiapkan segala kemungkinan."

Logo Organisasi Perdagangan Dunia (WTO) terlihat di Jenewa, Swiss, pada 5 April 2023. (Xinhua/Lian Yi)

Komisi itu menyatakan bahwa hampir 70 persen ekspor UE ke AS, yang bernilai 379 miliar euro, kini terdampak oleh tarif baru, termasuk beberapa ekspor yang ditangguhkan untuk sementara. Tarif-tarif ini menaikkan biaya bisnis, memperlambat pertumbuhan ekonomi, memicu inflasi, dan berkontribusi pada meningkatnya ketidakpastian ekonomi global.

Para pemangku kepentingan diminta untuk memberikan umpan balik tentang langkah-langkah yang diusulkan hingga 10 Juni. Setelah konsultasi, Komisi Eropa akan menyelesaikan proposalnya dan berkonsultasi dengan negara-negara anggota UE. Jika perlu, langkah hukum yang memberlakukan tarif dapat segera diterapkan jika pembicaraan dengan Washington gagal.

Mengenai sengketa WTO, setelah UE secara resmi meminta konsultasi, kedua belah pihak akan memiliki waktu hingga dua bulan untuk mencapai resolusi yang dapat diterima bersama. Jika tidak ada kesepakatan yang tercapai, UE dapat meminta pembentukan panel sengketa untuk memutuskan perkara ini.

Bendera Uni Eropa berkibar di luar Gedung Berlaymont, kantor pusat Komisi Eropa, di Brussels, Belgia, 29 Januari 2025. (Xinhua/Meng Dingbo)

Penerjemah: Xinhua
Editor: Azis Kurmala
Copyright © ANTARA 2025

Read Entire Article
Rakyat news | | | |