Jakarta (ANTARA) - Duta Besar Luar Biasa Berkuasa Penuh Republik Indonesia untuk Amerika Serikat, Dwisuryo Indroyono Soesilo meyakini bahwa hubungan Jakarta dan Washington DC akan semakin menguat terlepas sejumlah ancaman Donald Trump terhadap negara anggota BRICS.
“Saya yakin bahwa hubungan antara Indonesia dan Amerika Serikat akan semakin kuat ke depannya. Dan di saat yang sama, Indonesia juga akan terus memperluas hubungan dan kerja sama dengan banyak negara serta kawasan lain di dunia,” kata Dubes Dwisuryo dalam wawancara khusus dengan ANTARA di Jakarta, Selasa.
Dubes Dwisuryo menjelaskan bahwa Indonesia menganut kebijakan politik luar negeri bebas aktif dan tidak berpihak, serta selalu memegang prinsip ‘Seribu kawan terlalu sedikit, satu musuh terlalu banyak.
Merujuk pada prinsip tersebut, lanjutnya, pemerintah Indonesia senantiasa berupaya untuk meningkatkan kolaborasi dalam kegiatan global—baik secara politik, ekonomi, sosial, budaya, maupun pertahanan.
Dwisuryo menegaskan bahwa meskipun Indonesia bergabung dengan BRICS, Indonesia juga bergabung dalam berbagai forum dan organisasi internasional lainnya, seperti G20, Asosiasi Negara Lingkar Samudra Hindia (IORA), serta anggota aktif di berbagai organisasi global seperti Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB).
“Ini merupakan bagian dari upaya kolaborasi regional dan global demi kepentingan nasional Indonesia,” tegasnya.
Sebagai duta besar yang baru dilantik pada 25 Agustus lalu, Dwisuryo menegaskan bahwa demi kepentingan nasional, kolaborasi antara Indonesia dan Amerika Serikat tetap harus terus diperkuat, baik di bidang politik, ekonomi, sosial, budaya, maupun pertahanan.
“Para pemimpin, Presiden Prabowo dan Presiden Trump, sudah menjalin komunikasi, bahkan melalui sambungan telepon. Dan saya meyakinkan Anda bahwa kerja sama antara kedua negara sangat kuat,” tegasnya.
Dia juga menekankan bahwa Indonesia memberikan kontribusi besar terhadap stabilitas dan perdamaian kawasan—hal ini menjadi aspek yang turut menjadi perhatian dan kepentingan Amerika Serikat.
“AS, misalnya, memiliki kepentingan terhadap mineral strategis yang ada di Indonesia. Kami membuka diri untuk bekerja sama dalam investasi sumber daya alam, seperti minyak dan gas, tembaga, serta nikel. Banyak perusahaan Amerika yang sudah beroperasi di sektor-sektor tersebut di Indonesia,” tambahnya.
Adapun pada pertemuan pemimpinan negara BRICS di Rio de Janeiro, Brazil, untuk menghadiri pertemuan puncak tahunan pada awal Juli lalu, Trump mengancam akan mengenakan tarif tambahan 10 persen kepada negara mana pun yang mendukung “kebijakan anti-Amerika” kelompok BRICS.
“Tidak akan ada pengecualian untuk kebijakan ini,” tulis Trump di platform media sosial miliknya, Truth Social, pada Minggu (6/7).
Menanggapi ancaman penambahan tarif Trump, Wakil Menteri Luar Negeri RI Arrmanatha Christiawan Nasir menyatakan bahwa pertemuan negara-negara BRICS tidak dimaksudkan sebagai upaya melawan Amerika Serikat maupun kelompok negara manapun.
Ia menegaskan bahwa fokus utama pertemuan BRICS adalah memperkuat kerja sama negara-negara berkembang dalam menghadapi tantangan global, bukan membentuk blok tandingan terhadap negara besar manapun.
Baca juga: BRICS kecam pemerasan via tarif, sanksi yang korbankan negara anggota
Baca juga: Prabowo: Indonesia komitmen pererat kerja sama dengan negara BRICS
Pewarta: Kuntum Khaira Riswan
Editor: Aditya Eko Sigit Wicaksono
Copyright © ANTARA 2025
Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.