Jakarta (ANTARA) - Direktur Bisnis PT Bank Raya Indonesia Tbk (AGRO) Kicky Andrie Davetra mengakui perebutan dana di perbankan masih cukup kencang, yang menjadi salah satu penyebab transmisi penurunan suku bunga acuan BI ke perbankan berjalan lambat.
Sejak September 2024, Bank Indonesia (BI) telah menurunkan suku bunga acuannya sebanyak lima kali dengan total sebesar 125 basis poin (bps) menjadi ke level 5 persen, yang menjadi level terendah sejak 2022.
"Kami lihat memang perebutan dana masih cukup kencang juga ya. Tidak hanya kami di Bank Raya, rasanya semua bank KBMI (Kelompok Bank Berdasarkan Modal Inti) 1, 2, 3 dan 4 juga isunya terkait dengan itu (perebutan dana)," ujar Kicky seusai peluncuran program Pesta Raya 2025 di Menara BRILian, Jakarta, Jumat.
Ia mengungkapkan, struktur Current Account Saving Account (CASA) perseroan saat ini di level sekitar 27 persen, yang akan terus dinaikkan dengan motor penggerak utamanya yaitu simpanan digital.
Untuk tingkat bunga simpanan digital (Saku Jaga), ia mengatakan perseroan masih belum melakukan review untuk diturunkan, dan masih tetap di jaga di level saat ini sebesar 6 persen.
"Salah satu yang memang kita berikan untuk konsep dana darurat, untuk investasi panjang, menggunakan Saku Jaga. rate-nya memang kami manage tetap di angka sekarang untuk saat ini, jadi kami belum melihat akan mer-eview untuk rate Saku Jaga turun di bawah 6 persen," ujar Kicky.
Dalam kesempatan ini, ia mengatakan upaya BI menurunkan tingkat suku bunga acuannya sebanyak empat kali pada 2025 sebagai upaya untuk mendorong peningkatan industri di tanah air.
Meskipun turun, Deputi Gubernur BI Juda Agung mengungkapkan bahwa transmisi suku bunga acuan (BI-Rate), yang terjadi saat ini tidak berlangsung secepat periode-periode penurunan sebelumnya.
Juda mengungkapkan suku bunga dana pihak ketiga (DPK) turun sebesar 10 basis poin (bps) dari sebelumnya 4,85 persen pada Juni 2025 menjadi 4,75 persen pada Juli 2025.
Sementara, suku bunga kredit baru, yakni kredit yang benar-benar baru diberikan oleh bank juga mengalami penurunan, khususnya suku bunga kredit korporasi, komersial dan UMKM.
Adapun suku bunga kredit konsumsi masih belum mengalami penurunan.
"(Suku bunga) kredit korporasi itu turun 27 bps dari 7,58 persen ke 7,31 persen. Kredit komersial itu turun dari 8,35 persen ke 8,26 persen atau 9 bps dari bulan Juni ke Juli. UMKM turun 15 bps dari 11,01 persen menjadi 10,86 persen," ujar Juda.
Seiring dengan itu, Gubernur BI Perry Warjiyo mengatakan penurunan suku bunga kredit perbankan masih berjalan lambat pasca suku bunga acuan BI telah dipangkas sebesar 125 basis poin (bps) sejak September 2024.
Ia memandang suku bunga kredit perbankan perlu terus menurun, sehingga dapat mendorong peningkatan penyaluran kredit/pembiayaan untuk mendukung pertumbuhan ekonomi.
BI telah menurunkan suku bunga acuannya pada September 2024 sebesar 25 bps menjadi pada level 6 persen, setelah periode pengetatan moneter.
Selanjutnya, sejak awal tahun 2025, BI telah menurunkan BI-Rate sebanyak empat kali yang terjadi pada Januari, Mei, Juli, dan Agustus masing-masing sebesar 25 bps sehingga kini berada pada level 5 persen.
Baca juga: Bank Raya cetak laba Rp32,93 miliar di semester I, tumbuh 64,5 persen
Baca juga: Bank Raya siap buyback saham senilai Rp20 miliar
Baca juga: Bank Raya raih penghargaan inovasi digital dalam transformasi bisnis
Pewarta: Muhammad Heriyanto
Editor: Kelik Dewanto
Copyright © ANTARA 2025
Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.