Banyuwangi (ANTARA) - Tim Pencarian dan Pertolongan (SAR) gabungan memperluas pencarian puluhan korban kapal tenggelam KMP Tunu Pratama Jaya di Selat Bali pada Jumat.
KMP Tunu Pratama Jaya yang mengangkut 53 penumpang, 12 anak buah kapal, dan 22 kendaraan mengalami kecelakaan laut dan tenggelam di lintasan Pelabuhan Ketapang (Banyuwangi)-Pelabuhan Gilimanuk (Bali) pada Rabu (2/7), sekitar pukul 23.35 WIB.
Deputi Bidang Operasi Pencarian dan Pertolongan, Kesiapsiagaan Basarnas Laksamana Pertama Ribut Eko Suyanto di Banyuwangi, Jawa Timur, Jumat, mengatakan pada hari kedua tenggelamnya Kapal Tunu, tim SAR gabungan melakukan pencarian korban dengan mengoptimalkan alat utama operasi SAR.
"Operasi SAR baik laut, udara, maupun darat untuk efektivitas pencarian dan pertolongan," kata dia kepada wartawan di Pelabuhan Ketapang, Banyuwangi.
Baca juga: 21 korban selamat Kapal Tunu tiba di Pelabuhan Ketapang
Dia menyampaikan tim SAR gabungan juga melakukan operasi SAR pada malam hari menggunakan Kapal Negara (KN) Permadi dan Kapal Negara Arjuna serta sejumlah kapal SAR lainnya.
"Malam hari tim SAR gabungan juga melakukan pencarian menggunakan KN SAR Permadi dan KN SAR Arjuna serta beberapa kapal SAR lainnya yang fleksibilitinya lebih cepat sehingga tidak mengganggu penyeberangan rute Ketapang-Gilimanuk," kata dia.
Dia menambahkan hingga saat ini 35 korban kecelakaan laut di Selat Bali itu sudah ditemukan, terdiri atas 29 orang ditemukan selamat dan enam korban meninggal dunia.
Pada Kamis (3/7) malam, 29 korban selamat telah diserahkan kepada keluarga masing-masing di Pelabuhan Ketapang (Banyuwangi) 21 orang dan delapan orang diserahkan di Pelabuhan Gilimanuk (Bali), termasuk enam korban meninggal juga diserahkan kepada keluarga.
Baca juga: Basarnas ungkap identitas 29 korban selamat KMP Tunu yang tenggelam
Baca juga: Basarnas: Enam penumpang KMP Tunu meninggal sudah diserahkan keluarga
Baca juga: Menhub serahkan sepenuhnya ke KNKT investigasi KMP Tunu tenggelam
Pewarta: Novi Husdinariyanto
Editor: M. Hari Atmoko
Copyright © ANTARA 2025
Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.