Beirut (ANTARA) - Serangan Israel yang terus-menerus membahayakan stabilitas Lebanon dan berdampak negatif pada keamanan regional, kata tentara Lebanon.
"Musuh Israel terus menyerang kedaulatan Lebanon melalui darat, laut, dan udara, yang terbaru termasuk serangkaian serangan yang menargetkan warga sipil di selatan dan wilayah Bekaa (di timur), bersamaan dengan pendudukannya yang berlanjut di wilayah Lebanon dan pelanggaran berulang terhadap perbatasan darat," kata pimpinan tentara dalam sebuah pernyataan pada Kamis (7/3).
“Kegigihan Israel dalam agresinya mengancam stabilitas Lebanon dan berdampak negatif pada stabilitas regional yang jelas melanggar perjanjian gencatan senjata," tambahnya.
Tentara Lebanon mengumumkan bahwa unit militernya terus memfasilitasi kembalinya penduduk ke wilayah selatan dengan membersihkan persenjataan peledak yang belum meledak, menyingkirkan puing-puing, dan membuka kembali jalan-jalan.
Tak hanya itu, tentara Lebanon juga terus memantau situasi dan mengambil langkah-langkah yang diperlukan dalam koordinasi dengan Komite Lima yang mengawasi perjanjian gencatan senjata serta Pasukan Sementara PBB di Lebanon (UNIFIL).
Gencatan senjata yang rapuh telah berlaku di Lebanon sejak 27 November, mengakhiri pertempuran lintas batas selama berbulan-bulan antara Israel dan kelompok Hizbullah Lebanon yang meningkat menjadi konflik skala penuh pada September lalu.
Otoritas Lebanon telah melaporkan hampir 1.100 pelanggaran gencatan senjata yang dilakukan Israel, termasuk kematian setidaknya 84 orang dan lebih dari 280 orang terluka.
Berdasarkan perjanjian gencatan senjata, Israel seharusnya menarik diri sepenuhnya dari Lebanon selatan pada 26 Januari, tetapi batas waktu diperpanjang hingga 18 Februari setelah Israel menolak untuk mematuhi. Saat ini, Israel masih mempertahankan kehadiran militernya di lima pos perbatasan.
Sumber: Anadolu
Baca juga: Suriah selatan dibombardir dengan serangan udara pasukan Israel
Baca juga: PM Lebanon janjikan kendali penuh negara atas senjata, perang
Penerjemah: Kuntum Khaira Riswan
Editor: Arie Novarina
Copyright © ANTARA 2025