Moskow (ANTARA) - Pengembangan kecerdasan buatan (AI) menurunkan peluang kapal selam untuk selamat dalam pertempuran laut menjadi hanya 5 persen, South China Morning Post melaporkan pada Selasa.
Mengutip sebuah penelitian di China, surat kabar itu menyebutkan bahwa tim ilmuwan yang dipimpin insinyur senior Meng Hao dari Institut Penelitian dan Pengembangan Helikopter China pada Agustus mengembangkan sistem pertahanan anti-kapal selam berbasis AI yang mampu melacak kapal selam, bahkan yang paling senyap.
Kemampuan tersebut menurunkan peluang kapal selam untuk bertahan dari serangan hingga 5 persen. Artinya, hanya satu dari 20 kapal selam yang bisa lolos dari pelacakan dan serangan, menurut laporan itu.
Baca juga: Drone hingga humanoid, teknologi dorong inovasi olahraga di China
Sistem AI yang dikembangkan ilmuwan China tersebut mengumpulkan data dari sonobuoy yang digunakan untuk melacak sinyal bawah laut, sensor bawah laut, radar, serta informasi tentang suhu dan kadar garam air.
Sistem itu kemudian menentukan bagaimana menyesuaikan peralatan dan memberi respons ketika kapal selam mencoba kabur dengan berzig-zag, diam, atau mengirimkan sinyal palsu.
Dalam simulasi komputer, keberhasilan sistem AI tersebut untuk melacak kapal selam musuh mencapai sekitar 95 persen, sebut laporan itu.
Era kapal selam tak kasatmata, yang sejak lama dianggap sebagai pilar utama kekuatan penangkal di laut, mungkin akan segera berakhir, kata para ilmuwan.
Sumber: Sputnik/RIA Novosti-OANA
Baca juga: China kenalkan teknologi AI mirip otak untuk komputasi generasi baru
Baca juga: Mencatat kesiapan China dalam perang di laut (seri 2)
Penerjemah: Anton Santoso
Editor: M Razi Rahman
Copyright © ANTARA 2025
Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.