Tagana lakukan edukasi mitigasi bencana kepada siswa di Parigi Moutong

3 weeks ago 4

Parigi, Sulteng (ANTARA) - Taruna Siaga Bencana (Tagana) melakukan edukasi mitigasi bencana kepada siswa-siswi di Kabupaten Parigi Moutong, Sulawesi Tengah, melalui program Tagana Masuk Sekolah.

"Langkah ini dilakukan sebagai upaya pengurangan risiko bencana kepada peserta didik dengan memberikan pemahaman terkait tindakan penyelamatan secara mandiri bila sewaktu-waktu terjadi bencana alam," kata Pelaksana Tugas (Plt) Kepala Dinas Sosial (Dinsos) Parigi Moutong Tri Nugraha Adiyartha di Parigi, Selasa.

Menurut dia, penurunan risiko bencana di tingkat sekolah perlu dilakukan, karena Parigi Moutong salah satu daerah di Sulteng masuk kategori rawan bencana.

Oleh karena itu, penguatan mitigasi harus dilakukan secara menyeluruh di lingkungan sekolah, baik murid, guru maupun pegawai.

"Sosialisasi dan edukasi kami mulai dari tingkat guru, setelah itu menyasar siswa-siswi," ujarnya.

Ia mengemukakan program Tagana Masuk Sekolah tahun 2025 dilaksanakan di empat kecamatan, yakni Kecamatan Balinggi, Torue, Sidoan, dan Tinombo dengan sasaran satuan pendidikan SMP.

Baca juga: BPBD gencarkan edukasi bencana kepada siswa di Bandarlampung

"Kegiatan perdana kami mulai di SMP Negeri 1 Balinggi, Kecamatan Balinggi dan SMP Negeri 1 Terus, Kecamatan Torue. Program ini bertujuan untuk meningkatkan pemahaman guru dan siswa terkait ancaman bencana serta langkah mitigasi di lingkungan sekolah," ucapnya.

Ia menjelaskan, penguatan mitigasi bencana di lingkungan sekolah merujuk pada Surat Edaran (SE) bersama Menteri Pendidikan dan Kebudayaan serta Menteri Sosial (Mensos) Nomor 4 Tahun 2019 dan Nomor 1 Tahun 2015 tentang kebencanaan pada satuan pendidikan.

Atas dasar itu, menurut dia, perlu dibentuk Satuan Pendidikan Aman Bencana (SPAB) di sejumlah sekolah, guna memperkuat kesiapsiagaan dalam menghadapi ancaman bencana alam.

"Menghadapi situasi darurat bencana harus memperhatikan penunjuk arah evaluasi, sebaiknya berlindung di tanah lapang atau tempat-tempat dinilai aman. Selain itu, dibutuhkan pula pemahaman yang utuh mengenai kebencanaan," tutur Tri.

Ia menambahkan, kegiatan itu diisi dengan simulasi penanganan bencana seperti banjir dan gempa yang diikuti oleh guru dan siswa.

Baca juga: Pakar usul materi kebencanaan masuk kurikulum sekolah

"Melalui simulasi tersebut, peserta diajarkan mengenai prosedur evakuasi, langkah penyelamatan diri, serta cara menjaga ketertiban ketika bencana terjadi," ujarnya.

Pewarta: Mohamad Ridwan
Editor: Bambang Sutopo Hadi
Copyright © ANTARA 2025

Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.

Read Entire Article
Rakyat news | | | |