Jakarta (ANTARA) - Suku Dinas Kesehatan (Sudinkes) Jakarta Timur memperkuat peran juru pemantau batuk (jumantuk) untuk mendeteksi secara dini kasus Tuberkulosis (TBC) di wilayah setempat.
"Jadi selain ada kader juru pemantau jentik (jumantik) untuk memberantas nyamuk, kita juga punya kader jumantuk untuk memantau warga yang sakit batuk di masyarakat," kata Kepala Sudinkes Jakarta Timur Herwin Meifendy saat dihubungi ANTARA di Jakarta, Sabtu.
Baca juga: Sudinkes Jaktim edukasi warga sistem TOS untuk cari penderita TBC
Herwin menyebut jumantuk ini sebagai kader kesehatan yang bertugas memantau orang yang mengalami gejala batuk. Setiap harinya, mereka berperan dalam mendorong orang yang memiliki gejala batuk untuk memeriksa diri ke fasilitas kesehatan.
Setelah itu, kader Jumantuk melaporkan setiap kemungkinan adanya kasus TBC kepada petugas kesehatan yang berwenang.
"Jadi begitu ditemukan penderita TBC, sudah diperiksa ke fasilitas kesehatan, lalu bisa dilakukan pemeriksaan lebih lanjut dan penanganan yang tepat. Jadi nanti dicek ada atau tidak di dalam rumah itu yang batuk? Seperti apa? Itu kita lakukan pemeriksaan," ujar Herwin.
Baca juga: Sudinkes Jaktim gencarkan inovasi SIDOKAR untuk mengentaskan TBC
Kader jumantuk juga bertugas memberikan sosialisasi dan edukasi ke warga setempat tentang pentingnya pemeriksaan dan pengobatan TBC.
"Jadi promotif dan preventifnya kita lakukan dengan edukasi-edukasi ke masyarakat. Tadi kalau inovasi-inovasi yang sudah ada, salah satunya adalah kader jumantuk," ucap Herwin.
Lebih lanjut, Herwin memastikan pemeriksaan dan pengobatan TBC ini tanpa dipungut biaya. Belum lagi jika memungkinkan dilakukan pemberian makanan tambahan (PMT) untuk penderita TBC.
"Nah, sebab itu masyarakat jangan malu. Supaya diobatin sampai sembuh. Jangan sampai putus obat. Kalau putus obat kan, residen obat masih berat lagi. Ulang lagi dari awal dengan dosis yang berbeda. Bahkan bisa juga sampai disuntik selama dua bulan berturut-turut," jelas Herwin.
Baca juga: Munjirin perlombakan kelurahan terbaik dalam deteksi TBC di Jaktim
Sebelumnya, Wali Kota Jakarta Timur (Jaktim) Munjirin bersama jajaran kesehatan setempat memakai langkah jemput bola untuk mendeteksi langsung penderita TBC.
"Iya harus kita lakukan jemput bola untuk bisa memacu dan menemukan warga yang terkena TBC," kata Munjirin usai Peluncuran Nasional Gerakan Bersama Penguatan Desa dan Kelurahan Siaga Tuberkulosis di Kantor Kelurahan Rambutan, Jakarta Timur, Jumat (9/5).
Langkah jemput bola ini dilakukan bersama jajaran Sudinkes Jakarta Timur, puskesmas, jajaran RT/RW, kelurahan, dan kecamatan yang ada di Jakarta Timur.
Suku Dinas Kesehatan Jakarta Timur mencatat sebanyak 2.645 warganya positif mengidap TBC selama periode Januari hingga Maret 2025.
Dari jumlah 2.645 kasus itu, 324 kasus diantaranya dari anak-anak karena kontak erat dengan orang terdekat. Wilayah terbanyak ditemukan kasus TBC di Jakarta Timur yakni Pulogadung, Ciracas, Cakung, dan Pasar Rebo.
Berdasarkan catatan Sudin Kesehatan Jakarta Timur selama tahun 2024, keberhasilan pengobatan pasien TBC mencapai 65 persen atau sebanyak 2.285 warga sudah sembuh.
Pewarta: Siti Nurhaliza
Editor: Ganet Dirgantara
Copyright © ANTARA 2025