Jakarta (ANTARA) - Wakil Menteri Pendidikan Tinggi, Sains, dan Teknologi (Wamendiktisaintek) Stella Christie mengungkapkan tiga alasan utama yang menyebabkan sektor swasta enggan untuk melakukan investasi dalam bidang riset dan inovasi di Indonesia.
Dalam kegiatan Antara Business Forum yang digelar di Jakarta, Rabu, Wamendiktisaintek Stella Christie menyebut ketiga alasan tersebut adalah regulasi yang belum menguntungkan seluruh pihak, ketiadaan informasi mengenai kolaborasi riset, serta ketersediaan tenaga kerja ahli.
"Satu, begitu kami masuk ke dalam pemerintahan, kami melihat bahwa ada satu yang tidak searah atau tidak sejalan dengan best practices di dunia luar, dengan ekosistem-ekosistem lainnya. Yaitu peneliti di Indonesia tidak diperkenankan untuk mendapatkan insentif langsung jika mereka memenangkan grant (pendanaan) riset," ucap Wamendiktisaintek Stella Christie.
Maka dari itu pihaknya secara bertahap berupaya untuk mengubah peraturan yang ada, sehingga para peneliti yang mendapatkan pendanaan riset juga berhak atas insentif yang langsung masuk ke kantong pribadi mereka.
Baca juga: Stella Christie: Tanpa inovasi, ekonomi tidak akan tumbuh
Ia menilai jika negara ingin riset menjadi lebih kompetitif, maka negara harus memberikan insentif kepada mereka.
"Kenapa peneliti harus mendapatkan insentif? Tentu saja di bisnis kalau tidak ada insentif, tidak akan ada yang mau melakukannya. Sama, peneliti pun harus mendapatkan insentif agar mereka mau melakukan inovasi-inovasi baru. Kalau tidak, mereka hanya akan melakukan yang diharuskan, mengajar, memberikan servis, riset seadanya, bukan riset yang kompetitif," ujar Wamendiktisaintek Stella Christie.
Stella melanjutkan Kemdiktisaintek juga menjaring berbagai instansi seperti kementerian/lembaga, pemerintah daerah, Badan Usaha Milik Negara (BUMN), hingga sektor swasta, untuk mempertemukan kebutuhan masyarakat dan industri dengan riset yang dapat dilakukan oleh para peneliti di kampus.
Hal tersebut diwujudkan melalui dashboard informasi yang bisa dibuka oleh siapapun untuk mengakses periset, hasil riset, dan kebutuhan terhadap riset di berbagai daerah di Tanah Air.
Baca juga: Wamendiktisaintek dorong Kosabangsa berikan solusi bagi masyarakat
"Sehingga, berbagai permasalahan sosial ekonomi yang selalu bisa dilihat dari pandangan bisnis, dari pandangan usaha, ini bisa kita petakan secara ekosistem informasi. Jika anda membutuhkan pakar yang bisa menyelesaikan masalah-masalah anda, anda bisa cari tahu siapa sebenarnya pakar dari masalah tersebut," papar Wamendiktisaintek Stella Christie.
Kemudian untuk mengatasi masalah ketersediaan tenaga kerja ahli, lanjut dia, Kemdiktisaintek bekerja sama dengan sejumlah negara maju, seperti China, dalam upaya mengembangkan kemampuan tenaga kerja dalam negeri, melalui berbagai skema beasiswa.
Pihaknya bekerja sama dengan sejumlah industri dari wilayah Jiangsu di China. Di sana terdapat lebih dari 12 ribu mahasiswa Indonesia yang sedang/telah menempuh pendidikan untuk menjadi tenaga kerja ahli saat mereka kembali ke Indonesia.
"Kita bisa bekerja sama antara universitas, riset, untuk menghasilkan inovasi dan juga menghasilkan labor supply yang akan bisa mendukung usaha bapak/ibu sekalian dan memajukan ekonomi negara kita," tutur Wamendiktisaintek Stella Christie.
Baca juga: Mendiktisaintek arahkan riset-skripsi jadi solusi persoalan di daerah
Pewarta: Sean Filo Muhamad
Editor: Risbiani Fardaniah
Copyright © ANTARA 2025
Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.


















































