Statistik Indonesia U-17 dan peluang jinakkan Korea Utara

17 hours ago 4
Orang yang menganggap ini keberuntungan, layak untuk dipertanyakan kewarasannya, dan diragukan pengetahuannya tentang sepak bola.

Jakarta (ANTARA) - Tak ada tim sepak bola Indonesia, baik dari kelompok umur maupun tim senior, yang memenangi semua laga fase grup sebuah kompetisi kontinental, kecuali Garuda Muda pada Piala Asia U-17 2025.

Mereka memenangi tiga pertandingan fase grup turnamen 2025 itu sehingga memetik poin sempurna guna tuntas sebagai juara Grup C.

Jika ditambah babak kualifikasi, tim asuhan Nova Arianto itu total memenangi lima dari enam pertandingan. Satu pertandingan lainnya berakhir 0-0 ketika melawan Australia selama kualifikasi.

Selain mengalahkan Korea Selatan, Yaman dan Afghanistan dalam pertandingan Grup C, Garuda Muda juga mengalahkan Kuwait dan Mariana Utara selama kualifikasi.

Kemenangan sebanyak itu tak pernah dicapai tim Indonesia mana pun dalam sebuah turnamen kontinental, termasuk pada Piala Asia U-17 1990 ketika Garuda Muda masuk semifinal, Piala Asia 2023 ketika untuk pertama kali Indonesia lolos ke fase gugur Piala Asia, dan Piala Asia U-23 2024 ketika Indonesia finis urutan keempat.

Pada 1990, Indonesia memang menuntaskan kompetisi dengan status peringkat keempat. Tetapi Indonesia yang berstatus tuan rumah, tak pernah menang dalam empat pertandingan selama turnamen yang waktu itu hanya diikuti oleh tujuh negara.

Indonesia hanya mencatat dua hasil imbang pada fase grup, tapi kalah dalam semifinal dan perebutan tempat ketiga. Kala itu, tim lolos dari fase grup langsung masuk semifinal.

Pada Piala Asia 2023 ketika untuk pertama kali Indonesia mencapai babak knockout Piala Asia, Garuda hanya menang sekali tapi kalah dua kali pada fase grup. Mereka lolos ke 16 besar sebagai salah satu tim peringkat ketiga terbaik.

Akan halnya Piala Asia U-23 2024, Indonesia mencapai semifinal, dengan bekal dua kemenangan dan sekali kalah pada fase grup.

Jadi, untuk jumlah kemenangan selama fase grup, pencapaian Evandra Florasta cs pada Piala Asia U-17 2025 lebih baik dari tim Indonesia mana pun.

Turnamen 2025 itu juga menjadikan Nova Arianto pelatih pertama yang mengantarkan Indonesia ke putaran final sebuah turnamen FIFA, setelah penampilan istimewa Garuda Muda dalam fase grup Piala Asia U-17 2025 berbuah tiket Piala Dunia U-17 2025.

Indonesia memang pernah mengikuti putaran final Piala Dunia U-17 2023, tapi tiket itu diperoleh karena status Indonesia sebagai tuan rumah.

Yang juga istimewa dari I Putu Panji dkk adalah mereka mengalahkan tiga tim yang lolos ke Piala Asia U-17 2025 setelah menjadi juara grup kualifikasi, termasuk Afghanistan yang memenangkan seluruh dari empat laga kualifikasinya.

Korea Selatan, Yaman, dan Afghanistan juga sangar di depan gawang lawan. Total, 55 gol mereka ciptakan dari 11 laga kualifikasi.

Baca juga: Pengamat puji mental bertanding Garuda Muda saat kalahkan Korsel

Baca juga: Beri motivasi timnas U-17, Erick: Jangan pernah takut kejar target

Tiga pendekatan berbeda

Jika melihat statistik itu, Garuda Muda teramat patut untuk diacungi jempol.

Orang yang menganggap ini keberuntungan, layak untuk dipertanyakan kewarasannya, dan diragukan pengetahuannya tentang sepak bola.

Tiga kemenangan Garuda Muda adalah juga buah dari kecerdikan bermain dan adaptabilitas tim ini dalam berstrategi, yang berorientasi hasil maksimal dalam setiap laga.

Tiga lawan, tiga pendekatan bermain yang berbeda.

Nova menerapkan strategi yang menekankan pertahanan rapat dan serangan balik, pada tingkat yang membuat Korea Selatan frustrasi.

Akibatnya, selain menyebabkan Korea Selatan gagal mengapitalisasi 15 peluang, Garuda Muda juga membuat Korea Selatan gigit jari lewat 47 sapuan dan 26 tekel yang dimenangkan tim Garuda Muda.

Namun, begitu menghadapi lawan berkarakter berbeda dan level kekuatan yang berbeda pula, Garuda Muda pun memasang strategi lain yang lebih terbuka.

Hasilnya, Garuda Muda membuat 11 peluang yang enam di antaranya tepat sasaran ketika Yaman hanya membuat 9 peluang yang 5 di antaranya tepat sasaran.

Dalam laga melawan Yaman itu, mereka menjadi tim yang sangat klinis sampai-sampai memasukkan tiga gol dari permainan terbuka, selain satu gol dari penalti.

Garuda Muda semakin berani menyerang kala melawan Afghanistan, hingga mendominasi 52 persen penguasaan bola dan menciptakan delapan peluang yang dua di antaranya berbuah gol, padahal skuad sudah dirombak kekuatannya oleh rotasi pemain.

Yang juga istimewa dari laga melawan Afghanistan adalah semangat pantang menyerah sampai bisa mencetak dua gol pada menit-menit terakhir pertandingan.

Lalu, bagaimana peluang mereka dalam laga perempat final melawan Korea Utara pada 14 April?

Gaya bermain Korea Utara mirip Korea Selatan. Untuk itu, Garuda Muda sepertinya bakal menerapkan lagi cara yang membuat mereka melumpuhkan Korea Selatan yang agresif menekan dan ngotot.

Baca juga: Erick apresiasi Garuda Muda yang taklukkan Korsel di Piala Asia U-17

Kuncinya minimalkan kesalahan

Karena ini tentang bagaimana pertandingan dimenangkan, Nova Arianto mungkin mengubah lagi strategi bermain timnya, dengan tidak menerapkan pendekatan yang kemungkinan besar diterapkan Korea Utara, yakni bermain terbuka.

Ingat, Korea Utara dan Korea Selatan mencatat kemenangan selama fase grup karena lawan-lawannya terlalu percaya diri bisa mengimbangi dua Korea dengan bermain terbuka.

Korea Selatan menghancurkan Afghanistan 6-0 dan menundukkan Yaman 1-0 karena lawan-lawannya ini meladeni permainan terbuka mereka. Situasi sama terjadi pada Tajikistan yang dibantai Korea Utara 0-3.

Sebaliknya Iran dan Oman, terhindar dari terkaman Korea Utara karena bermain cerdas dengan mengandalkan pertahanan yang solid dan serangan balik yang mematikan. Kedua tim seri 1-1 dan 2-2 melawan Korea Utara.

Oman bahkan mengimbangi Korea Utara, di semua lini, dari tengah, sampai kedua sayap permainan.

Walau hasil itu gagal mengantarkan Iran dan Oman ke babak selanjutnya, Garuda Muda layak mencoba cara kedua tim itu guna menambah daya sengat seperti sudah mereka pamerkan kala mengalahkan Korea Selatan.

Pasukan Nova Arianto juga perlu meminimalkan kesalahan, seperti sudah mereka perlihatkan saat menjungkalkan Korea Selatan 1-0.

Mengapa ini penting? Karena, meminjam pepatah legenda sepak bola global, Johan Cruyff, "sepak bola itu tentang kesalahan. Siapa yang lebih sedikit membuat kesalahan maka merekalah yang menang."

Dan kesalahan bisa tercipta karena fokus dan konsentrasi yang pecah akibat kondisi fisik yang tidak prima, visi bermain yang lemah, dan mental serta kepercayaan diri yang rendah.

Garuda Muda jelas tak sedang berada dalam situasi seperti itu.

Sebaliknya, mereka telah memenangkan tiga pertandingan fase grup, yang membuat mereka terlihat sudah sangat siap secara mental, fisik dan visi, selain bermain dalam balutan kepercayaan diri yang kuat yang membuat mereka tampil sengotot dan seberani Korea

Mereka juga mendapatkan waktu istirahat yang sedikit lebih lama dan rotasi pemain yang menyegarkan energi tim, selain membuat pelatih mendapatkan opsi lebih banyak.

Semua bekal baik itu bisa membuat Garuda Muda memiliki lagi cara kreatif dalam menjinakkan Korea Utara seperti mereka menjinakkan Korea Selatan pada 4 April lalu. Semangat Garuda Muda!

Baca juga: Pengamat: Keberhasilan Timnas U-17 berkat pembangunan tim yang bagus

Baca juga: Bingkisan lebaran yang cantik dari Garuda Muda

Copyright © ANTARA 2025

Read Entire Article
Rakyat news | | | |