Kairo (ANTARA) - Di ruang utama Museum Nasional Peradaban Mesir (National Museum of Egyptian Civilization) yang berpencahayaan redup, sekelompok kecil pengunjung berkumpul di sekitar peti mati (sarkofagus) yang terbuat dari kayu berukir milik Sennedjem, seorang ahli kerajinan tangan dari Dinasti ke-19 (1295-1186 SM).
Seorang pengembang aplikasi asal Mesir, Ahmed El-Kholy, berdiri di dekat sarkofagus tersebut. Dia mengangkat ponselnya dan mengarahkan kamera ke baris-baris hieroglif vertikal. Dalam hitungan detik, dengan menggunakan aplikasinya Manetho, tulisan berusia 3.000 tahun itu diubah menjadi teks modern dalam bahasa Inggris, yang kemudian dapat diubah ke bahasa Arab setelah memilihnya dari daftar bahasa yang tersedia.
El-Kholy menyebut Manetho sebagai "penerjemah hieroglif waktu nyata (real-time) pertama di dunia yang menggunakan kecerdasan buatan (artificial intelligence/AI)". Dia menjelaskan bahwa "yang perlu dilakukan para wisatawan hanyalah berdiri di depan sebuah patung atau lembaran papirus, memotret simbol-simbol hieroglif, dan terjemahannya akan muncul secara instan."
"Ide ini muncul ketika kami sering mengunjungi museum dan kuil hanya untuk melihat dan mengabadikan foto tanpa memahami makna dari prasasti-prasasti tersebut ... kami sadar kami perlu menciptakan sesuatu yang dapat menerjemahkan hieroglif," ungkapnya kepada Xinhua.

Hanya beberapa langkah dari ruang koleksi peti mati, seorang wisatawan Inggris bernama Phillip berdiri di depan patung sphinx granit hitam milik Raja Amenemhat III dari Dinasti ke-12 (1985-1795 SM), yang diukir dalam bentuk singa sedang berlutut sebagai simbol kekuasaan atas alam semesta.
Dipandu oleh El-Kholy, dia membuka Manetho dan mengetuk layar ponselnya. Seketika, tulisan kuno di dasar patung itu muncul dalam bahasa Inggris, bunyinya, "Horus, raja hidup dari Mesir Hulu dan Hilir, dewa yang baik, dicintai oleh Maat, yang memberi kehidupan...."
Takjub akan hasil tersebut, Phillip menyebut Manetho "sangat mudah digunakan dan informatif," seraya menambahkan bahwa "aplikasi ini bisa menjadi terobosan dalam meningkatkan pengalaman para pengunjung."

El-Kholy, lulusan ilmu komputer pada 2024, mengembangkan Manetho bersama tim yang terdiri dari 16 lebih teknisi dan pakar Mesir kuno atau Egiptologi. Aplikasi ini meraih juara pertama dalam Kompetisi Pengembang Huawei untuk Mesir dan Afrika Utara (Huawei Developer Competition for Egypt and North Africa) pada 2024, yang membawa tim tersebut lolos ke babak final global di China.
Raksasa teknologi China tersebut mendukung proyek ini melalui program rintisan (startup) dan layanan komputasi awannya (cloud), dengan menyediakan sumber daya teknis, dukungan, serta pelatihan.
Selain penerjemahan, Manetho juga memiliki fitur realitas tertambah (augmented reality/AR) yang "menghidupkan" artefak.
Salah satu adegan dalam fitur AR menampilkan Ratu Nefertiti menyambut para pengunjung dan menceritakan kisahnya dalam bahasa Arab. "Saya adalah Nefertiti, sang ratu yang namanya tercatat dalam lembaran sejarah...," katanya.
Dalam rangkaian adegan lainnya, sebuah patung marmer Niobe, seorang ratu dalam mitologi Yunani, berbicara dalam bahasa Inggris, "Selama berabad-abad, saya berdiri sebagai batu. Para pengunjung datang dan pergi. Mereka mengagumi bentuknya, tetapi tidak pernah mendengar ceritanya."
Pengembang aplikasi Mesir Ahmed El-Kholy (kiri) menjelaskan penggunaan aplikasi Manetho kepada seorang turis di Museum Nasional Peradaban Mesir di Kairo, Mesir, 7 Agustus 2025. (ANTARA/Xinhua/Ahmed Gomaa)
Ke depannya, pengembang aplikasi Mesir itu merencanakan kolaborasi di masa mendatang dengan Huawei untuk menyediakan pengalaman realitas virtual (virtual reality/VR) di berbagai museum dan situs warisan budaya, memungkinkan para pengunjung untuk menjelajahi makam atau melihat patung dalam bentuk tiga dimensi (3D) yang "menceritakan" kisah mereka.
Pewarta: Xinhua
Editor: Ade irma Junida
Copyright © ANTARA 2025
Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.