Jakarta (ANTARA) - Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mendorong industri perbankan untuk menerapkan manajemen risiko yang kuat, antara lain dengan melakukan pemantauan dan evaluasi exposure portofolio secara intensif, dalam rangka menyikapi dampak ketidakpastian ekonomi global.
Selain itu, bank juga diminta melakukan stress test dengan menggunakan berbagai skenario yang mendalam untuk dapat mengidentifikasi secara dini kondisi yang perlu menjadi perhatian serta menyiapkan mitigasi risiko yang tepat dan terukur, sebagai antisipasi dampak terhadap risiko pasar, risiko kredit, dan juga risiko likuiditas.
“Di samping hal tersebut, perbankan juga perlu tetap mengedepankan strategi pengembangan bisnisnya secara selektif dan prudent,” kata Kepala Eksekutif Pengawas Perbankan OJK Dian Ediana Rae, di Jakarta, Senin.
Dian mengatakan, dampak dari kebijakan tarif resiprokal oleh Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump memang perlu untuk terus dipantau bersama, utamanya karena meningkatnya tarif impor AS akan berdampak pada perdagangan global dan dapat mempengaruhi pertumbuhan ekonomi.
Ketidakpastian kebijakan global ini, juga mempengaruhi fluktuasi nilai tukar, yang nantinya juga akan berpengaruh pada nilai aset dan kewajiban bank.
Namun demikian, hingga posisi Februari 2025, industri perbankan tercatat memiliki kinerja yang baik sebagaimana tercermin dari Posisi Devisa Neto (PDN) berada pada level 1,55 persen, jauh di bawah threshold 20 persen.
“Ini dapat dimaknai bahwa eksposur langsung bank terhadap risiko nilai tukar relatif kecil, sehingga pelemahan nilai tukar tidak akan banyak berpengaruh secara langsung terhadap neraca bank,” kata Dian.
Dari sisi kredit valuta asing (valas), Dian menjelaskan bahwa umumnya kredit yang diberikan dalam valas merupakan produk atau kegiatan berbasis ekspor yang juga memiliki basis penerimaan dalam bentuk valas (naturally hedged).
Selanjutnya, PDN bank juga berada dalam posisi long, yang artinya eksposur langsung bank dalam bentuk valuta asing di sisi kredit dan surat berharga yang dimiliki justru akan meningkatkan nilai aset bank saat terjadi depresiasi rupiah, sehingga berdampak pada meningkatnya profitabilitas bank.
Dibandingkan tahun sebelumnya, pertumbuhan kredit valas juga lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan dana pihak ketiga (DPK) valas, yaitu masing-masing sebesar 16,30 persen year on year (yoy) dan 7,09 persen yoy, sehingga loan to deposit ratio (LDR) valas meningkat menjadi 81,43 persen (Februari 2025) dari 74,98 persen (Februari 2024).
Dian mencatat, likuiditas industri perbankan juga masih ample dengan rasio liquidity coverage ratio (LCR) sebesar 210,14 persen.
Selain itu, LDR mencapai sebesar 87,67 persen dengan pertumbuhan kredit secara yoy sebesar 10,30 persen dan dengan pertumbuhan DPK sebesar 5,75 persen, serta rasio non-performing loan (NPL) yang terjaga sebesar 2,22 persen.
Ketahanan perbankan juga tetap kuat yang tercermin dari permodalan (CAR) yang berada pada level tinggi yaitu sebesar 26,98 persen.
Dian mengatakan, ketidakpastian ekonomi global yang antara lain dipengaruhi oleh kebijakan tarif Presiden Trump serta terganggunya rantai pasok produksi secara internasional, telah memberikan tekanan tersendiri terhadap stabilitas perekonomian global.
Kondisi ini turut mempengaruhi persepsi investor terhadap perekonomian Indonesia, yang tercermin dalam pergerakan volatilitas nilai tukar.
Meski demikian, menurut Dian, kondisi ini juga menjadi momentum bagi penguatan koordinasi kebijakan untuk meningkatkan daya saing dan menjaga stabilitas makroekonomi nasional.
“Sebagaimana diketahui, Pemerintahan Trump juga menunda pemberlakuan tarif dimaksud dan masih dilakukan berbagai upaya oleh banyak yurisdiksi untuk mendiskusikan hal tersebut. Sebagaimana diketahui pula, debitur yang dibiayai perbankan tidak selalu memiliki keterkaitan dengan isu ini dan masih banyak peluang yang dapat dimanfaatkan dalam perdagangan internasional saat ini,” kata Dian.
Baca juga: Rupiah melemah seiring negosiasi AS dan China belum berjalan
Baca juga: Airlangga: AS apresiasi proposal RI untuk perkuat hubungan ekonomi
Pewarta: Rizka Khaerunnisa
Editor: Budisantoso Budiman
Copyright © ANTARA 2025