Jakarta (ANTARA) — Satu tahun pemerintahan Presiden Prabowo Subianto–Gibran Rakabuming Raka menjadi momentum penting bagi Kementerian Agama (Kemenag) dalam mengawal visi Asta Cita, terutama di bidang pendidikan keagamaan dan kesejahteraan dosen.
Menteri Agama Nasaruddin Umar menyebut, Kemenag telah menorehkan berbagai capaian konkret sepanjang 2025, mulai dari peningkatan kesejahteraan guru, dosen hingga penguatan harmoni sosial berbasis nilai-nilai keagamaan.
"Guru dan dosen adalah ruh pendidikan. Ketika mereka sejahtera dan dihargai, maka pendidikan agama akan bermartabat dan bangsa akan berkarakter,” ujar Menag Nasaruddin Umar dalam refleksi satu tahun perjalanan Kemenag di Jakarta.
Pendidikan dan Kesejahteraan Guru-Dosen
Sepanjang tahun ini, sebanyak 206.325 guru telah mengikuti Pendidikan Profesi Guru (PPG), sementara lebih dari 5.000 dosen perguruan tinggi keagamaan telah tersertifikasi.
Kemenag juga memperluas akses pendidikan tinggi dengan menyalurkan 156.581 beasiswa KIP Kuliah, 6.453 Beasiswa Indonesia Bangkit, dan 2.270 Beasiswa Santri Berprestasi (PBSB).
Gerakan Ekoteologi dan Aksi Hijau
Dalam bidang keagamaan, Kemenag mendorong gerakan ekoteologi — kesadaran spiritual untuk menjaga bumi. Sepanjang tahun ini, lebih dari satu juta pohon ditanam di seluruh Indonesia, termasuk di kampus-kampus PTKIN dan PTKI.
Selain itu, Kemenag membangun 13 Kantor Urusan Agama (KUA) berbasis green building dan menerbitkan buku “Tafsir Ayat-Ayat Ekologi” sebagai bagian dari gerakan hijau berbasis nilai agama
"Agama tidak boleh berhenti di mimbar. Agama harus mewujud dalam kebijakan yang menyejahterakan, mendidik, dan memuliakan manusia,” tegas Menag.
Kerukunan Umat dan Sistem Deteksi Konflik
Menjaga kerukunan antarumat beragama menjadi prioritas utama Kemenag dalam mengawal Asta Cita ke-8, yakni memperkuat harmoni sosial dan toleransi.
Kemenag meluncurkan aplikasi Si-Rukun (Early Warning System) untuk mendeteksi potensi konflik keagamaan secara dini. Aplikasi ini dikembangkan bersama seluruh unit eselon I, termasuk Ditjen Bimas Islam, Kristen, Katolik, Hindu, Buddha, dan Pusat Kerukunan Umat Beragama (PKUB).
Sebanyak 500 penyuluh agama telah dilatih sebagai aktor resolusi konflik di lapangan, ditambah 300 penyuluh untuk pemetaan sosial-keagamaan, 600 penceramah untuk dakwah moderat berbasis literasi digital, dan 200 dai muda yang berorientasi pada dakwah kontekstual dan kemandirian ekonomi.
"Kerukunan adalah prasyarat pembangunan. Indonesia hanya bisa maju bila umatnya damai dan saling menghormati,” ujar Nasaruddin.
Kepuasan Publik Tertinggi
Capaian ini turut tercermin dalam survei Poltracking Indonesia. Hasil survei menunjukkan, keberhasilan pemerintah dalam menjaga kerukunan antarumat beragama mendapat tingkat kepuasan publik tertinggi sebesar 86,7%, disusul menjaga kehidupan keagamaan (80,2%) dan menjaga persatuan bangsa (77,1%).
Pewarta: PR Wire
Editor: PR Wire
Copyright © ANTARA 2025
Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.
















































