Sepuluh Rekomendasi Aset Kripto Selain Bitcoin untuk Meminimalkan Risiko Investasi

2 hours ago 2

Jakarta (ANTARA) - Industri aset digital semakin berkembang dan menarik banyak investor baru. Namun sebelum masuk ke dunia kripto, pemula perlu memahami bahwa strategi dan tempat transaksi sangat menentukan keamanan investasi. Karena itu, langkah awal yang paling penting adalah memilih aplikasi beli aset kripto yang sudah berizin resmi dan aman digunakan. Platform yang teregulasi memberi perlindungan lebih baik dari sisi keamanan dana, transparansi pasar, serta dukungan layanan pelanggan ketika terjadi kendala. Menggunakan platform resmi juga membantu investor pemula belajar dengan lingkungan yang lebih terkontrol dan minim risiko penipuan.

Memahami sifat aset digital juga penting, terutama melihat fenomena bitcoin naik turun yang bisa berubah sangat cepat hanya dalam hitungan jam. Volatilitas tinggi membuat banyak investor pemula panik setelah melihat harga BTC turun tajam dalam waktu singkat. Padahal, pergerakan naik turun tersebut merupakan karakter alami cryptocurrency yang belum sepenuhnya stabil secara adopsi global. Karena itu, memilih strategi diversifikasi adalah cara cerdas untuk mengurangi risiko, yaitu dengan memegang beberapa aset selain Bitcoin agar portofolio tidak sepenuhnya bergantung pada satu koin saja.

Kenapa Tidak Boleh Hanya Mengandalkan Bitcoin?

Banyak pemula percaya bahwa memilih Bitcoin saja sudah cukup aman, karena kapitalisasi pasarnya paling besar, paling banyak digunakan, dan dianggap sebagai “emas digital”. Namun, ada beberapa alasan kenapa mengandalkan BTC saja kurang ideal:

1. Volatilitas ekstrem – Dalam satu minggu harga Bitcoin bisa turun 5–20% akibat sentimen global, regulasi, berita ekonomi, atau aksi jual besar.

2. Ketergantungan pada momentum makro – BTC sangat sensitif terhadap suku bunga bank sentral, inflasi, dan data ekonomi AS.

3. Risiko tekanan pasar ketika masa koreksi panjang – Siklus pasar Bitcoin bisa bertahan 1–4 tahun, dan selama periode bear market harga dapat stagnan lama.

4. Tidak semua investor cocok dengan profil risiko BTC – Pemula yang mudah panik bisa membuat keputusan emosional saat volatil.

Karena itu, pendekatan yang lebih sehat adalah menyebar risiko dengan mengalokasikan sebagian portofolio ke aset kripto alternatif (altcoin) yang memiliki fundamental kuat, teknologi solid, dan use case nyata.

Rekomendasi Aset Kripto yang Menjanjikan Selain Bitcoin

Diversifikasi bukan berarti membeli koin sembarangan. Altcoin yang baik harus memiliki ekosistem jelas, tim pengembang yang aktif, serta adopsi nyata dalam dunia nyata. Berikut beberapa rekomendasi aset yang banyak dipertimbangkan investor global:

1. Ethereum (ETH) — Raja Smart Contract

ETH menjadi backbone banyak proyek blockchain, termasuk DeFi, NFT, dan aplikasi Web3. Ethereum memiliki utilitas besar karena dipakai menjalankan ribuan aplikasi terdesentralisasi. Fundamental kuat dan komunitas besar membuat ETH sering menjadi pilihan diversifikasi utama.

2. Binance Coin (BNB) — Ekosistem Pertukaran Besar

BNB digunakan membayar biaya transaksi di ekosistem BNB Chain, salah satu jaringan blockchain paling aktif di dunia. Fitur burning (pembakaran token berkala) membuat suplai berkurang dari waktu ke waktu dan dapat membantu menjaga nilai.

3. Solana (SOL) — Jaringan Super Cepat & Murah

Solana unggul pada kecepatan transaksi dan biaya sangat rendah. Banyak proyek NFT dan aplikasi DeFi berkembang di jaringan ini. SOL sering menjadi opsi alternatif ketika pasar Bitcoin sedang melemah karena likuiditasnya kuat.

4. Avalanche (AVAX) — Fokus Enterprise dan Skalabilitas

AVAX populer untuk aplikasi bisnis dan pemerintahan karena kecepatan dan kemampuan membuat subnet khusus. Potensi adopsi korporasi menjadi nilai tambah.

5. USDT atau USDC — Stablecoin Sebagai Penjaga Nilai

Stablecoin penting dipakai untuk bertahan ketika pasar sangat bergejolak. Dengan memindahkan sebagian dana ke stablecoin, investor bisa mengamankan aset sambil menunggu waktu beli yang tepat.

Strategi Mengelola Risiko Saat Pasar Turun

Selain diversifikasi, pemula juga perlu memiliki panduan manajemen risiko yang sehat. Berikut strategi yang dapat diterapkan:

  • Gunakan sistem alokasi portofolio misalnya 50% BTC, 30% altcoin, 20% stablecoin.
  • Gunakan metode DCA (Dollar Cost Averaging) yaitu membeli rutin setiap minggu atau bulan agar tidak terlalu bergantung pada momen harga.
  • Simpan aset di dompet aman, bukan hanya di exchange.
  • Jangan berinvestasi dengan uang darurat atau yang dibutuhkan dalam waktu dekat.
  • Belajar analisis fundamental & teknikal dasar, bukan ikut-ikutan influencer.

Diversifikasi tidak menjamin keuntungan, tetapi memperkecil kemungkinan kerugian besar ketika pasar sedang bearish.

Kesimpulan

Bitcoin tetap menjadi aset kripto paling populer dan dianggap sebagai penyimpan nilai jangka panjang. Namun volatilitas dan siklus pasarnya membuat investor pemula perlu menerapkan strategi yang lebih berhati-hati. Diversifikasi ke altcoin yang kuat secara fundamental seperti ETH, SOL, BNB, atau memanfaatkan stablecoin sebagai penyeimbang portofolio merupakan langkah yang lebih aman dan rasional. Selalu gunakan platform resmi untuk transaksi dan edukasi yang tepat agar perjalanan investasi lebih stabil dan terukur.

Disclaimer: Artikel ini hanyalah informasi, bukan ajakan atau rekomendasi untuk jual beli aset. Perlu diingat bahwa investasi aset kripto berisiko tinggi, hasil dari investasi Anda adalah tanggung jawab Anda.

Pewarta: PR Wire
Editor: PR Wire
Copyright © ANTARA 2025

Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.

Read Entire Article
Rakyat news | | | |