Jakarta (ANTARA) - Koperasi dan UMKM menempati posisi penting karena perekonomian nasional tidak dapat tumbuh kokoh tanpa fondasi yang merata dan mengakar.
Dalam konteks Indonesia, fondasi itu terletak pada koperasi dan usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) sebagai sektor yang selama ini berperan besar, bukan hanya dalam angka statistik, tetapi juga dalam menciptakan ketahanan sosial-ekonomi di tingkat komunitas.
Kontribusi koperasi dan UMKM ini tidak main-main. UMKM menyumbang hingga 61 persen terhadap produk domestik bruto (PDB), menyerap 97 persen tenaga kerja, dan mencakup 99 persen dari seluruh unit bisnis di Indonesia, sebagaimana tercatat dalam IMF Country Report 2024.
Meskipun demikian, capaian ini juga menuntut pembacaan ulang. Ketika sebagian besar UMKM masih berada dalam sektor informal, sekitar 67 persen, dan hanya 15,8 persen yang mampu menembus pasar ekspor, maka jelas bahwa transformasi kelembagaan dan kebijakan menjadi krusial.
Tantangannya tidak hanya pada pelaku usaha, tetapi juga pada sistem dan pengetahuan yang menopangnya.
Hal serupa berlaku pada koperasi. Selama ini koperasi diposisikan sebagai pilar ekonomi rakyat yang demokratis dan berbasis nilai.
Hanya saja, kontribusi koperasi terhadap PDB nasional masih rendah, diperkirakan hanya sekitar dua persen.
Pemerintah menargetkan angka itu naik menjadi 5,5 persen pada 2024 dan hingga 10 persen dalam jangka panjang.
Untuk mencapainya, diperlukan lebih dari sekadar regulasi dan program insentif. Hal yang dibutuhkan adalah pembenahan menyeluruh terhadap tata kelola, model pendanaan, kapasitas sumber daya manusia, dan ekosistem pendukung yang lebih responsif.
Di sinilah pentingnya riset, refleksi, dan pembelajaran strategis. Transformasi koperasi dan UMKM tidak bisa dilakukan berdasarkan anggapan atau asumsi semata, melainkan harus dibangun dari pemahaman yang utuh terhadap data dan konteks.
Upaya ini memerlukan keberanian untuk meninjau ulang pendekatan yang selama ini digunakan, dan menyusun ulang strategi pemberdayaan ekonomi rakyat berdasarkan realitas baru.
Copyright © ANTARA 2025
Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.