Jakarta (ANTARA) - Analis mata uang Doo Financial Futures Lukman Leong menilai pelemahan nilai tukar (kurs) rupiah dipengaruhi pernyataan hawkish dari pejabat Federal Reserve (The Fed).
“Rupiah diperkirakan akan melemah terhadap dolar AS yang masih melanjutkan penguatan oleh pernyataan hawkish dari pejabat The Fed Jeff Schmid dan Nel Kashkari,” ujarnya, di Jakarta, Rabu.
President of the Federal Reserve Bank of Kansas City menyampaikan bahwa Bank Sentral AS perlu terus menekan inflasi yang tetap tinggi. Adapun President of the Federal Reserve Bank of Minneapolis Nel Kashkari mengungkapkan setiap pemotongan suku bunga yang drastis, akan berisiko memicu inflasi.
Walaupun prospek pemangkasan suku bunga sebesar 25 basis point (bps) mencapai 99 persen di akhir Oktober ini, menurut CME Fedwatch, tetapi pernyataan-pernyataan hawkish dinilai senantiasa menurunkan peluang tersebut.
“Angka-angka inflasi di AS memang kembali naik akhir-akhir ini oleh tarif, walau Kepala Biro Statistik dan Pekerjaan (AS) sudah diganti dengan orang pilihan Trump (Presiden AS, namun tidak mengubah hal itu,” kata Lukman.
Meninjau sentimen dari domestik, penurunan cadangan devisa (cadev) Indonesia menurun ke level terendah sejak Juli 2024.
Bank Indonesia (BI) melaporkan cadev pada September 2025 sebesar 148,7 miliar dolar AS, lebih rendah dari posisi pada akhir Agustus 2025 sebesar 150,7 miliar dolar AS. Dengan demikian, cadangan devisa turun sebesar 2 miliar dolar AS pada September 2025.
“Hal ini tentunya memberikan sentimen negatif bagi rupiah,” ujar dia.
Nilai tukar rupiah pada pembukaan perdagangan hari Rabu, di Jakarta melemah sebesar 57 poin atau 0,34 persen menjadi Rp16.618 per dolar Amerika Serikat (AS) dari sebelumnya Rp16.561 per dolar AS.
Baca juga: Rupiah diprediksi melemah seiring rilis data ekonomi AS tertunda
Baca juga: Rupiah pada Rabu pagi melemah menjadi Rp16.618 per dolar AS
Pewarta: M Baqir Idrus Alatas
Editor: Budisantoso Budiman
Copyright © ANTARA 2025
Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.