Jakarta (ANTARA) - Analis mata uang dan komoditas Doo Financial Futures Lukman Leong memperkirakan nilai tukar (kurs) rupiah menguat terbatas seiring harapan pada perundingan soal kebijakan tarif Amerika Serikat (AS).
"Rupiah diperkirakan akan datar/berkonsolidasi dengan kecenderungan menguat terbatas oleh harapan pada perundingan tarif," ujarnya kepada ANTARA di Jakarta, Rabu.
Menurut Menteri Perdagangan AS Howard Lutnick, ada beberapa kesepakatan dengan negara-negara yang tidak disebutkan namanya, salah satunya mungkin India.
Baca juga: Rupiah menguat jadi Rp16.715 per dolar AS pada Rabu pagi
Di sisi lain, investor disebut masih wait and see menantikan serangkaian data-data ekonomi penting AS pekan ini.
Data ekonomi AS malam ini adalah data pertumbuhan ekonomi, data manufaktur pada Kamis (1/5/2025), serta data pekerjaan non-farm payroll (NFP) pada Jumat (2/5/2025).
"Semuanya akan melamban, PDB (produk domestik bruto) diperkirakan akan tumbuh lebih lambat kuartal I di 0,4 persen (dibandingkan 2,4 persen kuartal sebelumnya), manufaktur terkontraksi lebih jauh di 48 (dibandingkan 49 sebelumnya), serta NFP diperkirakan akan menambahkan 130 ribu pekerjaan (228 ribu bulan sebelumnya)," ungkap Lukman.
Berdasarkan faktor-faktor tersebut, kurs rupiah diperkirakan berkisar Rp16.650-Rp16.800 per dolar AS.
Nilai tukar rupiah pada pembukaan perdagangan Rabu pagi di Jakarta menguat sebesar 46 poin atau 0,27 persen menjadi Rp16.715 per dolar AS dari sebelumnya Rp16.761 per dolar AS.
Baca juga: Rupiah menguat dipengaruhi keputusan AS ringankan tarif otomotif
Baca juga: Rupiah menguat seiring ketidakpastian negosiasi AS-China
Pewarta: M Baqir Idrus Alatas
Editor: Kelik Dewanto
Copyright © ANTARA 2025