Jakarta (ANTARA) - Analis mata uang Doo Financial Futures Lukman Leong memperkirakan nilai tukar (kurs) rupiah melemah seiring potensi kenaikan inflasi Amerika Serikat (AS)
“Rupiah diperkirakan berpotensi melemah terhadap dolar AS yang menguat oleh antisipasi naiknya inflasi AS yang dimana datanya kan dirilis malam ini,” katanya kepada ANTARA di Jakarta, Selasa.
Inflasi AS diprediksi naik 0,3 persen dibanding bulan lalu yang membawa inflasi year on year (YoY) meningkat 2,4 persen menjadi 2,7 persen.
Adapun penyebab kenaikan inflasi tersebut adalah kebijakan tarif yang dikeluarkan Presiden AS Donald Trump, sehingga akan berdampak terhadap penurunan prospek pemangkasan suku bunga oleh Federal Reserve (The Fed).
Di samping itu, rilis data ekonomi dari China dapat sedikit menjaga kurs rupiah tak terlalu melemah lebih dalam.
“Rilis data ekonomi dari China yang beragam, yang walau masih menunjukkan pelemahan namun lebih baik dari perkiraan, ini dapat sedikit mendukung rupiah dari pelemahan yang lebih besar,” ujar Lukman.
Berdasarkan faktor-faktor tersebut, nilai tukar rupiah diperkirakan berkisar Rp16.200-Rp16.300 per dolar AS.
Nilai tukar rupiah pada pembukaan perdagangan hari Selasa pagi di Jakarta melemah sebesar 21 poin atau 0,13 persen menjadi Rp16.271 per dolar AS dari sebelumnya Rp16.250 per dolar AS.
Baca juga: Rupiah melemah seiring indikasi Trump takkan tunda penerapan tarif AS
Baca juga: Rupiah pada Selasa pagi melemah jadi Rp16.271 per dolar AS
Pewarta: M Baqir Idrus Alatas
Editor: Evi Ratnawati
Copyright © ANTARA 2025
Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.