RI-Vietnam perkuat kerja sama teknologi untuk sektor ekonomi digital

3 hours ago 1
Saat ini, kerja sama antara kedua negara masih terbatas pada perdagangan dan investasi. Dengan populasi anak muda yang besar dan semakin melek teknologi, Indonesia dan Vietnam memiliki potensi untuk menjadi pusat ekonomi digital ASEAN

Jakarta (ANTARA) - Indonesia dan Vietnam semakin memperkuat kemitraan strategis, khususnya di bidang teknologi untuk sektor ekonomi digital.

Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto menyampaikan bahwa dengan populasi anak muda yang besar dan semakin melek teknologi, Indonesia dan Vietnam memiliki potensi besar untuk menjadi pusat ekonomi digital di kawasan ASEAN.

"Saat ini, kerja sama antara kedua negara masih terbatas pada perdagangan dan investasi. Dengan populasi anak muda yang besar dan semakin melek teknologi, Indonesia dan Vietnam memiliki potensi untuk menjadi pusat ekonomi digital ASEAN," ujar Airlangga dalam High Level Business Dialogue bertajuk "Vietnam and Indonesia: A Partnership for Progress and Prosperity" yang digelar di Jakarta, Senin.

Pertemuan ini menjadi momentum penting bagi kedua negara dalam mengeksplorasi peluang kerja sama di sektor teknologi, termasuk pengembangan ekonomi digital dan industri semikonduktor.

Melihat potensi besar dalam ekonomi digital tersebut, Indonesia dan Vietnam menegaskan pentingnya mempercepat kerja sama dalam ekonomi digital dengan menandatangani Letter of Intent (LoI) tentang Kerja Sama Peningkatan Kapasitas di Bidang Teknik dan Ekonomi Digital.

LoI ini ditujukan untuk mengembangkan kapasitas insinyur dan bakat di bidang teknologi, mempromosikan inisiatif ekonomi digital termasuk tekologi komunikasi informasi (ICT), semikonduktor, dan industri kendaraan listrik, serta mengeksplorasi kolaborasi potensial.

Selain itu, kerja sama di bidang digital turut didukung dengan percepatan adopsi transaksi digital lintas batas. ASEAN saat ini tengah mempersiapkan ASEAN Digital Economic Framework Agreement (DEFA), yang akan ditandatangani pada KTT ASEAN tahun ini.

Kesepakatan ini diharapkan dapat mempercepat integrasi ekonomi digital di kawasan dan membuka peluang lebih besar bagi bisnis digital di Indonesia dan Vietnam.

Airlangga juga menyoroti peran perusahaan teknologi dalam memperkuat kolaborasi bilateral. Salah satu contoh nyata adalah ekspansi perusahaan teknologi Vietnam, FPT (Financing dan Promoting Technology), yang telah memperluas jaringan bisnisnya di Indonesia.

Langkah ini mencerminkan semakin eratnya sinergi dalam bidang teknologi dan ekonomi digital antara kedua negara.

Airlangga menjelaskan, dengan populasi gabungan mencapai hampir 400 juta jiwa, Indonesia dan Vietnam memiliki potensi besar dalam meningkatkan kerja sama perdagangan dan investasi. Pada tahun 2024, perdagangan bilateral kedua negara terus meningkat dengan total perdagangan mencapai 15 miliar dolar AS.

Investasi kedua negara terus meningkat dalam berbagai sektor, termasuk pertanian, infrastruktur, manufaktur, dan teknologi. Salah satu proyek investasi strategis yang berjalan yakni pembangunan pabrik kendaraan listrik VinFast di Subang, Jawa Barat, yang mencerminkan semakin eratnya kerja sama di sektor transportasi berkelanjutan.

Selain itu, sektor pariwisata juga menjadi perhatian dalam kerja sama bilateral ini. Maskapai penerbangan nasional dari kedua negara, Vietnam Airlines dan Garuda Indonesia, terus memperluas kolaborasi guna meningkatkan jumlah wisatawan antara Indonesia dan Vietnam.

Menko Airlangga juga menyebutkan beberapa langkah strategis yang dapat dilakukan untuk mendukung ekonomi kedua negara. Indonesia akan mengoptimalkan pemanfaatan Perjanjian Perdagangan ASEAN (ATIGA) yang memungkinkan tarif 0 persen pada 99,8 persen komoditas guna meningkatkan nilai perdagangan bilateral.

Lebih lanjut, Airlangga menyebutkan bahwa Indonesia dan Vietnam perlu menghasilkan produk bernilai tambah tinggi guna memperkuat daya saing produk di pasar global.

Misalnya, mobil listrik Vietnam (VinFast) yang telah memasuki pasar Indonesia, atau farmasi hewan Indonesia (VAKSINDO) yang baru saja menyelesaikan pembangunan pabrik vaksin hewan terbesar di Vietnam.

Menko Airlangga juga menyoroti tantangan yang masih dihadapi dalam kerja sama perdagangan, termasuk adanya berbagai kebijakan Non-Tariff Measures (NTM).

Oleh karena itu, diperlukan diskusi dan konsultasi lebih lanjut untuk mengatasi kendala tersebut dengan mempertimbangkan kebutuhan kedua negara.

Baca juga: Presiden Prabowo dan Sekjen PKV sepakat perkuat solidaritas ASEAN

Baca juga: Vietnam: ASEAN harus rangkul kreativitas, fleksibilitas, inovasi

Baca juga: Indonesia-Vietnam targetkan cetak 18 miliar dolar AS lewat bilateral

Pewarta: Bayu Saputra
Editor: Biqwanto Situmorang
Copyright © ANTARA 2025

Read Entire Article
Rakyat news | | | |