KKP tingkatkan budi daya nemo di Maluku demi jaga ekosistem laut

3 hours ago 2
Budi daya ikan hias nemo menjadi salah satu sumber pendapatan menjanjikan bagi masyarakat di Maluku. Untuk mendukung produktivitas budi daya dan menjaga keberlanjutan ekosistem laut, KKP berkomitmen mengembangkan varian ikan nemo

Jakarta (ANTARA) - Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) berkomitmen meningkatkan budi daya ikan hias nemo di Maluku untuk mendukung produktivitas dan menjaga keberlanjutan ekosistem laut sebagai sumber pendapatan masyarakat setempat.

"Budi daya ikan hias nemo menjadi salah satu sumber pendapatan menjanjikan bagi masyarakat di Maluku. Untuk mendukung produktivitas budi daya dan menjaga keberlanjutan ekosistem laut, KKP berkomitmen mengembangkan varian ikan nemo," kata Direktur Jenderal Perikanan Budi Daya KKP Tb Haeru Rahayu (Tebe) dalam keterangan di Jakarta, Senin.

Dia menyampaikan, melalui Balai Perikanan Budidaya Laut (BPBL) Ambon telah berhasil mengembangkan hingga 50 varian ikan nemo.

Tebe mengaku bahwa dirinya telah meninjau langsung aktivitas pengembangan ikan nemo yang dilakukan oleh BPBL Ambon

“Melalui keuletan dan kegigihan BPBL Ambon berhasil melakukan teknik kawin silang hingga menghasilkan varian-varian baru yang memiliki corak unik dan diminati pasar dengan harga tinggi sehingga dapat meningkatkan nilai ekonomi pembudi daya,” jelasnya.

Dirjen Tebe menambahkan, budi daya menjadi solusi yang dapat mencegah terjadinya kerusakan ekosistem perairan laut Maluku, imbas tingginya permintaan ikan hias nemo. Untuk itu, pihaknya terus meningkatkan produktivitas budi daya ikan hias nemo sebagai kunci pelestarian dan menjaga keseimbangan ekosistem laut.

“KKP selalu pastikan pengembangan budi daya ikan hias nemo di Maluku, tidak hanya akan memberikan manfaat ekonomi bagi masyarakat, tapi juga mendukung kelestarian ekosistem laut Indoensia,” kata Tebe.

Sementara itu, Kepala BPBL Ambon Sarwono mengatakan, berbagai langkah strategis telah dilakukan pihaknya untuk memenuhi permintaan benih ikan hias nemo di Maluku.

Dimulai dari benih yang telah dibesarkan di Keramba Jaring Apung sampai ukuran 3-4 cm akan dikirim ke ekportir/reseller di Jakarta, Surabaya dan Bali. Kemudian dilakukan pembinaan dan pendampingan teknis bagi pembudi daya untuk meningkatkan keterampilan dalam budi daya ikan hias.

Selain itu, BPBL Ambon juga telah rutin melakukan kegiatan restocking ikan nemo di perairan Maluku untuk menjaga kelestarian.

"BPBL Ambon juga telah memberikan berbagai stimulus untuk mendukung budidaya ikan hias nemo seperti benih ikan nemo berkualitas dan sarana prasarana produksi," kata Sarwono.

Berbagai inovasi teknologi untuk meningkatkan produksi budidaya ikan nemo secara berkelanjutan dan ramah lingkungan juga telah dilakukan oleh BPBL Ambon. Salah satunya teknologi Recirculating Aquaculture System (RAS).

Sarwono menyampaikan pihaknya menargetkan pemberian bantuan hingga 3.000 benih ikan hias di tahun ini. Hingga Maret 2025, benih yang disalurkan sudah sebanyak 2.500 ekor.

Selain berkontribusi terhadap peningkatan ekonomi pembudi daya, BPBL Ambon juga berkontribusi positif terhadap Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP).

"Januari hingga Februari 2025, BPBL Ambon telah berhasil menjual ikan hias sebanyak 9.177 ekor atau senilai Rp 26 juta,” ucap Sarwono.

Target bantuan benih ikan hias BPBL Ambon tahun 2024 sebesar 3 ribu ekor, sementara realisasi bantuan ikan hias yang berhasil didistribusikan kepada pokdakan di Maluku hingga mencapai 7.800 ekor.

BPBL Ambon pada 2024 juga berhasil berkontribusi terhadap Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) dengan menjual ikan hias hasil produksinya sebanyak 29,8 ribu ekor.

Sementara itu Ketua Kelompok Pembudidaya Ikan (Pokdakan) Teri, Lamusu, mengucapkan terima kasih karena anggotanya selalu dibantu oleh KKP dalam meningkatkan produksi ikan nemo.

Saat ini kelompoknya bisa membudidaya berbagai varian ikan nemo hingga sebanyak 10 varian dengan corak warna yang unik dan bernilai tinggi di pasar. Baginya hal itu berkat dukungan dan pendampingan dari BPBL Ambon.

"Kami dapat menjaga kualitas ikan hias nemo yang dihasilkan sehingga menguntungkan dan berkelanjutan,” papar Lamusu.

Lamusu menyampaikan pasar ikan hias nemo hingga kini masih cukup tinggi permintaannya. Selain mengembangkan budidaya ikan hias, pihaknya sekaligus budidaya ikan kakap dan ikan bubara.

Pendapatan anggotanya per bulan juga sangat lumayan diatas upah minimum setempat yakni di kisaran Rp5 juta per bulan.

Sebelumnya Menteri Kelautan dan Perikanan Sakti Wahyu Trenggono mendorong pengembangan budidaya ikan hias sebagai motor penggerak pertumbuhan ekonomi pembudidaya.

"Ikan hias memiliki pasar yang cukup tinggi tidak hanya di dalam negeri tapi juga luar negeri," kata Trenggono.

Baca juga: KKP dukung produk UMKM perikanan agar tembus pasar ekspor

Baca juga: KKP awasi produk perikanan dari bakteri Escherichia coli saat Ramadhan

Baca juga: KKP gandeng WWF tingkatkan daya saing produk perikanan berkelanjutan

Pewarta: Muhammad Harianto
Editor: Ahmad Buchori
Copyright © ANTARA 2025

Read Entire Article
Rakyat news | | | |