Jakarta (ANTARA) - Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) bertemu dengan sejumlah pemangku kepentingan di Australia guna membahas rencana pengembangan dan percepatan akses untuk produk obat antibakteri inovatif di Indonesia serta mendorong kemandirian industri farmasi dalam negeri.
"Produk antibakteri yang akan dikembangkan merupakan antibiotika sintetik kelas baru yang dikembangkan Recce. Antibiotika ini ditujukan untuk mencegah resistensi antibiotik dengan target pada patogen penyebab sepsis," kata Kepala BPOM Taruna Ikrar dalam keterangan yang diterima di Jakarta, Jumat.
Adapun para pemangku kepentingan tersebut yakni Investment New South Wales (NSW), Komisi Perdagangan dan Investasi Australia (Austrade), dan delegasi dari industri farmasi Australia Recce Pharmaceutical Ltd (Recce).
Taruna menyebutkan bahwa pihaknya berkomitmen untuk memfasilitasi pengembangan produk farmasi inovatif yang akan dilakukan di Indonesia. Untuk mengembangkan produk ini di Indonesia, katanya, Recce bekerja sama dengan PT Etana Biotechnologies Indonesia (Etana) melalui mekanisme pengembangan obat baru.
“BPOM menyambut baik inovasi produk Recce untuk dikembangkan di Indonesia, terutama dengan tujuannya untuk mencegah resistansi antibiotik, yang tengah menjadi isu global dan juga menjadi salah satu perhatian BPOM saat ini,” dia menambahkan.
Baca juga: Mengenal resistensi antibiotik
Taruna Ikrar menjelaskan bahwa kolaborasi dan kerja sama antara regulator dengan berbagai pemangku kepentingan menjadi faktor penting untuk mengatasi hambatan percepatan ketersediaan obat baru bagi masyarakat.
Pihaknya juga terus bertransformasi untuk memperkuat perizinan uji klinik dan memberi kemudahan berusaha melalui kebijakan dan mekanisme yang jelas bagi pelaku industri farmasi.
Dengan aturan dan mekanisme yang jelas, adaptif, dan transparan, Ia berharap dapat meningkatkan kepercayaan sponsor dari dalam maupun luar negeri untuk mengembangkan produknya di Indonesia.
“Saya berharap produk inovatif Recce ini akan berkembang menjadi produk yang tersedia di Indonesia dan memberi manfaat nyata bagi masyarakat,” katanya.
Baca juga: BPOM: Fasilitas produksi onkologi inovatif dukung ketahanan farmasi RI
Managing Director and Chief Executive Officer Recce James Graham menyebut bahwa kolaborasinya bersama Etana untuk transfer teknologi dalam pengembangan produk antibakteri merupakan yang pertama di Indonesia. Melalui kolaborasi ini, Recce menargetkan produksi pertamanya bisa tersedia di Indonesia pada 2026.
"Indonesia akan menjadi yang pertama menggunakan produk baru cairan antiinfektif untuk pasien diabetic foot injection (DFI)," kata James.
Baca juga: BPOM-HSA Singapura jajaki kolaborasi pengembangan obat inovatif
Pewarta: Mecca Yumna Ning Prisie
Editor: Bernadus Tokan
Copyright © ANTARA 2025
Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.