Bandung (ANTARA) - PT Bukit Asam Tbk (PTBA) memberikan sinyal bahwa perusahaan asal China menjadi mitra potensial pada proyek hilirisasi batu bara menjadi Dimethyl Ether (DME).
“So far (dari) China, ya,” ujar Corporate Communication & Government Relations Department Head PTBA Dinna Permana Setyani di Bandung, Jawa Barat, Jumat.
Lebih lanjut, Dinna menekankan bahwa proses perseroan terkait kelanjutan proyek ini masih berupa penjajakan serta kajian-kajian mendalam.
“Kalau untuk DME, kami memang masih dalam tahap penjajakan. Saat ini kita masih menunggu investor dan lain sebagainya. Jadi kita masih belum bisa ngomong (lebih banyak dan detil) tentang DME,” kata dia.
Baca juga: Waketum Kadin: Hilirisasi batu bara memperkuat ketahanan energi-pangan
Bicara mengenai skala dan nilai keekonomian dari proyek ini, Dinna mengaku perseroan masih belum bisa memberikan tanggapan lebih lanjut menyusul proses yang masih berjalan.
“Jujur, kita masih belum bisa memberikan tanggapan juga, ya, karena masih dalam proses juga, masih dalam proses kajian juga. Jadi memang belum ada angka pastinya berapa,” ujarnya.
Ia juga mengungkapkan, perusahaan masih tetap pada rencana untuk menjadikan Bukit Asam Coal Based Industrial Estate (BACBIE), Tanjung Enim, Sumatera Selatan, sebagai kawasan industri proyek tersebut. “Rencananya seperti itu,” katanya.
Sebelumnya, Direktur Hilirisasi dan Diversifikasi Produk PTBA Turino Yulianto pada Senin (21/10) mengungkapkan perseroan tengah bersiap menggandeng mitra teknologi baru untuk mengerjakan proyek DME. Turino memberi sinyal bahwa mitra atau investor baru itu datang dari China.
Baca juga: Bukit Asam siap komersialisasikan produk hilirisasi batu bara kalori rendah dengan merek BA Grow
Selain mitra, PTBA juga telah menyiapkan cadangan batu bara sebanyak 800 juta ton untuk proyek hilirisasi, termasuk DME.
Turino mengatakan, proyek DME membutuhkan batu bara sekitar 5-6 juta ton per tahun atau 100-120 juta ton untuk 20 tahun.
Sementara itu, Direktur Jenderal Mineral dan Batubara (Minerba) Kementerian ESDM Tri Winarno pada Kamis (31/7) mengonfirmasi wacana pemerintah terkait pengembangan proyek batu bara menjadi DME di Kawasan Ekonomi Khusus (KEK).
Tri mengatakan, pemerintah kemungkinan bakal menambah insentif bagi perusahaan batu bara yang menggarap proyek DME mereka sendiri.
Baca juga: Komisi XII DPR dorong hilirisasi batu bara untuk perkuat nilai tambah
Usulan penggarapan proyek DME di KEK ini juga sempat disinggung oleh Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto.
Menko Airlangga menilai pemberian status KEK akan membuka jalan bagi kemudahan investasi dari sisi fiskal dan nonfiskal bagi perusahaan batu bara yang menggarap proyek DME.
Adapun proyek ini diharapkan dapat menjadi substitusi impor liquefied petroleum gas (LPG) Indonesia yang dinilai masih tinggi dengan angka Rp80 triliun per tahun.
Baca juga: PTBA catat volume produksi batu bara naik 9 persen di kuartal III-2025
Pewarta: Arnidhya Nur Zhafira
Editor: Abdul Hakim Muhiddin
Copyright © ANTARA 2025
Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.














































