Jakarta (ANTARA) - PT Agincourt Resources (PTAR) bekerja sama dengan pemerintah daerah, TNI/Polri, dan seluruh pemangku kepentingan di Tapanuli Selatan (Tapsel), Sumatera Utara membantu proses evakuasi, pemulihan, dan penanganan pengungsi di wilayah tersebut.
"Perusahaan mengerahkan tim SAR, membuka akses jalan yang terputus serta mendirikan posko pengungsian dengan tenda darurat, dapur umum, dan klinik masyarakat. Untuk memaksimalkan evakuasi dan pemulihan, PTAR bekerja sama dengan pemerintah daerah, TNI/Polri, dan seluruh pemangku kepentingan di wilayah Tapanuli Selatan," kata Senior Manager Corporate Communications PTAR Katarina Siburian Hardono dalam keterangan diterima di Jakarta, Kamis.
Dalam pernyataan itu, PTAR menyebut banjir bandang yang menerjang Desa Garoga, Kecamatan Batang Toru, Tapanuli Selatan, tidak berkaitan dengan operasional Tambang Emas Martabe.
Melalui telaahan lengkap atas data cuaca, topografi, dan kondisi daerah aliran sungai (DAS), perusahaan menyatakan bahwa penyebab utama bencana adalah curah hujan ekstrem yang memicu longsoran di hulu, serta penyumbatan masif kayu gelondongan yang menutup aliran Sungai Garoga.
Mengacu kepada temuan lapangan, analisis hidrologi serta pemantauan udara, perusahaan menjelaskan beberapa poin, yakni bencana dipicu oleh Siklon Senyar yang menyebabkan hujan dengan intensitas sangat lebat dan ekstrem di wilayah Tapanuli Selatan.
"Curah hujan ini, berdasarkan data historis, mencerminkan kejadian maksimum yang tidak pernah terjadi setidaknya dalam 50 tahun terakhir. Curah hujan luar biasa tersebut jatuh merata di kawasan utara Sumatera, termasuk Hutan Batang Toru yang menjadi daerah hulu bagi Sungai Garoga, Aek Pahu, dan Sungai Batang Toru," ungkap Katarina
Selanjutnya, titik awal bencana berada di Desa Garoga yang terletak di Sub-DAS Garoga. Arus banjir kemudian meluas ke sejumlah desa lain seperti Huta Godang, Batu Horing, dan Aek Ngadol Sitinjak.
"Banjir bandang terjadi karena alur Sungai Garoga tidak mampu menampung laju banjir yang membawa material kayu dan lumpur secara masif," tuturnya.
Kemudian, PTAR menjelaskan bahwa penyumbatan besar-besaran material kayu gelondongan di Jembatan Garoga I dan Jembatan Anggoli (Garoga II) merupakan faktor yang memicu perubahan mendadak aliran sungai.
Sumbatan mencapai titik kritis pada 25 November sekitar pukul 10.00 pagi, menyebabkan dua anak Sungai Garoga bergabung dan menerjang langsung Desa Garoga. Hingga kini puluhan orang meninggal dunia dan puluhan lainnya masih hilang," sebut Katarina.
PTAR mengklaim operasional Tambang Emas Martabe berada di sub-DAS Aek Pahu, yang secara hidrologis terpisah dari sub-DAS Garoga. Meskipun kedua sungai bertemu, lokasi pertemuannya berada jauh di hilir Desa Garoga.
"Karena itu, aktivitas PTAR di Aek Pahu tidak memiliki hubungan langsung dengan bencana yang terjadi di Garoga," ungkap Katarina.
Dari pemantauan udara melalui helikopter, PTAR menemukan titik-titik longsor di tebing-tebing hulu Sungai Garoga. Longsoran itu menjadi sumber utama material lumpur dan batang kayu yang kemudian terbawa arus menuju aliran utama Sungai Garoga.
"Temuan ini masih merupakan indikasi awal dan memerlukan kajian lanjutan untuk memastikan seluruh faktor penyebab," jelas Katarina.
PTAR menambahkan bahwa seluruh kegiatan Tambang Emas Martabe dilakukan di kawasan areal penggunaan lain (APL) dan mematuhi seluruh aturan pemerintah terkait perlindungan lingkungan.
Diketahui, Menteri ESDM Bahlil Lahadalia menyebut Tambang Emas Martabe tidak beroperasi pascabencana.
“Kemarin sih enggak berlanjut, karena kemarin saya minta bantu untuk mereka fokus bantu, alat-alat mereka bantu saudara-saudara kita yang kena bencana,” kata Bahlil.
Dia menyebut turun langsung mengecek tambang emas tersebut.
“Saya kemarin juga mengecek lokasi itu, di Martabe ini tambang emas. Kalinya, sungainya itu kan ada tiga. Ada tiga kali (berukuran) gede, dan kali yang kena banjir ini kali yang (berukuran) sedang, yang tengah. Kali yang di Martabe ini yang paling kecil. Tim tambang tetap melakukan evaluasi sampai sekarang. Kemarin saya juga cek, tetapi tim kami lagi mengecek, sampai selesai baru kami memutuskan,” ujar Bahlil
Pewarta: Benardy Ferdiansyah
Editor: Agus Setiawan
Copyright © ANTARA 2025
Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.


















































