Psikolog sebut istri perlu dukungan agar waras jalani peran

1 week ago 6

Jakarta (ANTARA) - Psikolog klinis lulusan Universitas Indonesia Nirmala Ika K., M.Psi., Psikolog menjelaskan seorang istri perlu dukungan agar tetap waras menjalani peran sebagai ibu dalam rumah tangga.

"Semua orang termasuk kita, itu butuh dukungan. Dukungan yang baik itu, setidaknya kita bisa sekadar bercerita saya, ada orang yang bisa mendengarkan bahwa kita sedang pusing," kata Nirmala saat dihubungi ANTARA di Jakarta, Senin.

Psikolog yang menekuni bidang trauma dan relasi itu mengatakan bahwa dalam menjalankan peran sebagai seorang ibu, perempuan seringkali diberikan beban ganda dan kini banyak peran yang semakin tersorot. Misalnya, harus mengurus utang ataupun memikirkan masalah finansial.

Maka dari itu, anggota keluarga harus menjadi pihak terdepan yang kehadirannya dapat dirasakan oleh ibu. Menurutnya, bentuk dukungan yang diberikan tidak melulu harus berupa uang ataupun materi lainnya.

Dukungan yang diberikan bisa berupa mendengarkan curahan hati ibu tanpa melulu menghakimi, membandingkan nasib dan kondisi. Hal tersebut akan sangat membantu ibu dalam menjaga kestabilan mental karena perasaannya dapat tervalidasi dan tersalurkan dengan baik.

Baca juga: Ini kiat bagi suami untuk menjaga kesehatan mental ibu di rumah

Ia menyebut beberapa hal yang tidak patut dikomentari yakni pola asuh yang diterapkan oleh ibu, kondisi rumah yang berantakan atau caranya menjalani hidup.

"Menurut saya, tidak dikomentari kondisinya itu juga merupakan bentuk dukungan lho. Misalnya, ibu sedang sibuk cari tambahan, berarti rumah akan berantakan. Ya sudah biarkan saja, kalau kita tidak bantu, biarkan saja bukan malah mengomentari, itu akan jadi beban baru untuk ibu," ujar dia.

Jika ada ibu yang sedang mulai merintis usaha online dari rumah, katanya, dalam beberapa kasus yang sudah ia tangani, ada baiknya jika keluarga tidak menganggap ibu sibuk bermain ponsel. Ia menekankan saat ini banyak pekerjaan dapat diakses melalui platform e-commerce.

Anggota keluarga juga disarankan tidak membandingkan nasib seperti membandingkan kesulitan dalam mengasuh anak atau menekan ibu dengan memberikan pola asuh yang dirasa tepat untuk digunakan pada anak-anak dan keluarganya.

"Dengarkan dulu baru pelan-pelan diberi tahu, kita tidak tahu apa yang sedang diperjuangkan. Bisa saja ibu benar-benar kelabakan mengurus anak satu itu," kata dia.

Baca juga: Benarkah membaca buku baik untuk kesehatan mental? Ini ulasannya

"Kadang yang membuat ibu kesepian dan frustasi itu seperti dipentok kiri-kanan, mau cerita tidak ada yang bisa memahami sementara kepala sedang pusing, mau cari solusi juga bingung," tambahnya.

Hal lain yang disampaikan yakni rasa kesepian yang hadir pada ibu ketika menjalankan tugas memang dapat terjadi, namun dalam beberapa kasus perasaan itu dipengaruhi oleh kondisi dalam rumah tangga yang masih membutuhkan penyesuaian.

Faktor lain yang dapat mempengaruhi yakni berkurangnya komunikasi dengan teman atau keluarga untuk bercerita dan adanya anggapan bahwa harkat dan martabat keluarga harus dijaga.

"Seromantis-romantisnya kita sama suami, pasti masih ada unek-uneknya kan. Jadi makanya kadang beberapa jadi muncul kesepian," kata dia.

Baca juga: 6 cara sederhana jaga kesehatan mental saat berada di rumah

Baca juga: 7 cara efektif menjaga kesehatan mental di tengah kesibukan

Pewarta: Hreeloita Dharma Shanti
Editor: Indriani
Copyright © ANTARA 2025

Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.

Read Entire Article
Rakyat news | | | |