Psikolog imbau ayah bangun hubungan emosional lewat aktivitas fisik

6 hours ago 3

Jakarta (ANTARA) - Keterlibatan ayah dalam kehidupan anak tidak hanya berdampak pada kedekatan emosional, tetapi juga berpengaruh besar terhadap ketangguhan fisik dan kemampuan kognitif anak.

Hal ini disampaikan oleh Psikolog Universitas Gadjah Mada (UGM), Novi Poespita Candra, S.Psi., M.Si., Ph.D., menanggapi meningkatnya perhatian publik terhadap isu fatherless atau tidak hadirnya peran ayah dalam kehidupan anak di Indonesia.

“Anak-anak yang tumbuh bersama ayah yang aktif secara fisik cenderung memiliki perkembangan fisik yang kuat. Itu berdampak pada perkembangan kognitifnya, mereka jadi lebih percaya diri dan mampu mengambil keputusan,” kata Novi ketika dihubungi ANTARA di Jakarta, Selasa.

Baca juga: Psikolog ingatkan hal perlu diperhatikan pasangan sebelum menikah

Baca juga: Psikolog sebut perceraian jadi penyebab fenomena fatherless

Ia menjelaskan bahwa aktivitas fisik bersama ayah seperti berolahraga atau melakukan tantangan bersama, memberi ruang bagi anak untuk membangun rasa percaya diri dan kemampuan adaptif.

“Bukan hanya kedekatan secara fisik, tetapi juga proses pembentukan mental dan karakter,” tambahnya.

Selain itu, Novi menyarankan pentingnya dialog antara ayah dan anak untuk membangun pemahaman serta refleksi terhadap nilai-nilai kehidupan.

Menurut dia, refleksi bersama setelah melakukan aktivitas penting untuk menguatkan ikatan emosional.

Adapun faktor penting lainnya adalah relasi antara ayah dan ibu di hadapan anak.

Ia mengungkapkan bahwa sikap ayah terhadap ibu akan memengaruhi bagaimana anak menilai dan menghormati sang ayah.

“Kalau ayah memperlakukan ibu dengan hormat dan hangat, itu akan meningkatkan respek anak terhadap ayah dan juga meningkatkan kehangatan keluarga,” tuturnya.

Diketahui, isu fatherless di Indonesia menjadi perhatian serius karena berdampak pada perkembangan anak.

Fenomena ini mengacu pada situasi di mana anak kurang mendapatkan peran dan kehadiran ayah dalam kehidupannya, baik secara fisik maupun emosional, meskipun ayah mungkin masih ada.

Guna mengatasi permasalahan tersebut, pemerintah mengeluarkan kebijakan melalui Surat Edaran Menteri Kependudukan dan Pembangunan Keluarga/Kepala BKKBN Nomor 7 Tahun 2025 tentang Gerakan Ayah Mengantar Anak di Hari Pertama Sekolah, yang bertujuan untuk mengatasi krisis fatherless di Indonesia.

Menteri Kependudukan dan Pembangunan Keluarga (Mendukbangga)/Kepala BKKBN Wihaji mengatakan bahwa gerakan ayah mengantarkan anak di hari pertama sekolah menjadi simbol perubahan budaya pengasuhan dalam keluarga.

Wihaji menyampaikan gerakan tersebut bertujuan meningkatkan peran pengasuhan ayah terhadap anak, dan termasuk salah satu program terbaik hasil cepat atau quick wins Kemendukbangga/BKKBN, yakni Gerakan Ayah Teladan Indonesia (GATI).

"Gerakan ini juga menjadi simbol perubahan budaya pengasuhan di Indonesia. Dari yang semula terpusat pada peran ibu, menjadi lebih kolaboratif dan setara," kata Wihaji.

Baca juga: 20,9 persen anak Indonesia tumbuh tanpa peran ayah

Baca juga: Ringgo Agus Rahman masih belajar jadi orang tua yang dibutuhkan anak

Baca juga: Jangan anggap remeh "fatherless", ini peran penting ayah di keluarga

Pewarta: Adimas Raditya Fahky P
Editor: Maria Rosari Dwi Putri
Copyright © ANTARA 2025

Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.

Read Entire Article
Rakyat news | | | |