Yogyakarta (ANTARA) - Prawira Bandung membungkam tuan rumah Bima Perkasa Jogja (BPJ) dengan skor 82-53 dalam lanjutan Indonesia Basketball League (IBL) Gopay 2025 di GOR Pancasila UGM, Sleman, DI Yogyakarta, Sabtu.
BPJ sejatinya tampil agresif di kuarter pertama. Corey Raley Ross membuka skor lewat tembakan jarak menengah, disusul penetrasi cepat Yudha Saputera Yeremia dan eksekusi free throw Hendra Santosa. BPJ menutup kuarter pertama dengan keunggulan tipis 16-15.
Namun memasuki kuarter kedua, Prawira memperketat pertahanan. Tekanan mereka memaksa banyak turnover dari BPJ, sementara akurasi tembakan tuan rumah menurun. Prawira mendominasi kuarter ini 26-11 dan berbalik unggul 41-27 saat turun minum.
Yudha Saputera mencetak 12 poin untuk BPJ, sedangkan Nuke Giga tampil dominan di paint area dengan 16 poin dan 13 rebound.
BPJ mencoba bangkit di kuarter ketiga lewat serangan cepat. Corey Raley Ross tetap konsisten mencetak angka, dibantu Kierell Green dengan 8 rebound dan Handri Satrya yang menyumbang 4 assist serta 2 steal.
Namun skuad Prawira tetap solid. Brandis Raley Ross menjadi motor kemenangan dengan catatan nyaris triple-double: 19 poin, 7 rebound, dan 10 assist sehingga mampu memperlebar keunggulan setelah menguasai kuarter ketiga 27-17.
Baca juga: Dewa United permalukan Satya Wacana 84-62
Di kuarter penutup, dominasi Prawira kian tak terbendung. Meski Hendra Santosa menambah 8 poin, BPJ hanya mampu mencetak 9 angka di kuarter ini. Prawira akhirnya mengunci kemenangan meyakinkan 82-53.
Pelatih Prawira Bandung David Singleton mengaku puas dengan respons anak-anak asuhnya yang mampu memperbaiki performa setelah kuarter pertama.
Dia menilai Prawira tampil lebih komunikatif dan disiplin dalam bertahan, serta menunjukkan mental bertanding yang lebih baik dibanding laga sebelumnya.
"Di kuarter kedua hingga keempat, kami bermain jauh lebih baik. Kami berbicara tentang standar dan tanggung jawab, dan anak-anak merespons dengan sangat baik," ujar Singleton.
Sementara itu, pelatih BPJ Oleh Halim menyebut kekalahan timnya dipengaruhi ukuran fisik serta kurang efektifnya serangan untuk membongkar pertahanan lawan.
Menurutnya, anak didiknya terlalu bergantung pada tembakan jarak jauh dan gagal memanfaatkan peluang serangan ke dalam.
"Kami kalah size, jadi mereka banyak dapat 'second chance point'. Di offense, kami harus lebih berani 'attacking' , jangan hanya mengandalkan 'shooting' dari outside," kata Oleh Halim.
Baca juga: Gelvis Solano cetak sejarah di IBL 2025
Pewarta: Luqman Hakim
Editor: Irwan Suhirwandi
Copyright © ANTARA 2025