Jakarta (ANTARA) - Gubernur DKI Jakarta, Pramono Anung Wibowo menilai, Indonesia saat ini dan ke depan memerlukan pemimpin adaptif sehingga mampu mengikuti perubahan zaman dan berani mengambil keputusan cepat dalam menghadapi persoalan di lapangan.
"Tugas seorang pemimpin itu, kini dan ke depan adalah pemimpin adaptif, bisa mengikuti perubahan zaman, bisa beradaptasi dengan apa yang terjadi di lapangan," kata Pramono dalam sambutannya saat menutup Pelatihan Kepemimpinan Nasional (PKN) Tingkat II Angkatan VII Tahun 2025 pada salah satu hotel di Jakarta Pusat, Kamis.
Ia pun kemudian membagikan pengalaman pribadinya dalam menyelesaikan berbagai masalah di Jakarta selama ia memimpin Ibu Kota.
Misalnya, mulai dari relokasi UMKM di Taman Bendera Pusaka, penanganan aksi unjuk rasa, hingga penyelesaian Kampung Bayam.
Selain itu, Pramono juga membagikan upayanya dalam merespon aksi unjuk rasa beberapa pekan lalu.
Baca juga: Pemprov DKI latih kepemimpinan ASN untuk tingkatkan kompetensi
Ia mengatakan perlunya pemimpin untuk mengambil keputusan cepat, termasuk dalam memastikan biaya kesehatan para korban aksi unjuk rasa yang sepenuhnya ditanggung oleh Pemprov DKI.
"Sehingga hal yang menyangkut pemakaman, hal yang menyangkut kesehatan masyarakat, saat itu juga langsung tertangani," kata dia.
Pramono juga menjelaskan terkait ketidakhadirannya di lapangan saat aksi unjuk rasa terjadi.
Sebagai mantan demonstran, ia sengaja menahan diri, namun tetap memastikan untuk memantau situasi secara langsung.
Lebih lanjut, Pramono mencontohkan keputusannya terkait penyelenggaraan Car Free Day (CFD) atau Hari Bebas Kendaraan Bermotor (HBKB) pasca unjuk rasa.
Baca juga: Dewan Kota Jaksel selenggarakan pelatihan kepemimpinan bagi pemuda
Menurutnya, HBKB perlu tetap dilaksanakan untuk memberikan kepastian rasa aman kepada masyarakat.
Permasalahan-permasalahan tersebut, kata dia, membutuhkan kehadiran pemimpin yang berani mengambil keputusan berbeda dan mampu beradaptasi dengan kondisi di lapangan.
"Pemimpin yang adaptif itu adalah pemimpin yang betul-betul memahami persoalan apa yang menjadi pekerjaan utamanya dan persoalan itu diselesaikan bukan untuk diri dan keluarganya, tetapi untuk masyarakatnya," jelas Pramono.
Pramono berharap para peserta dapat menerapkan ilmu yang didapat dalam Pelatihan Kepemimpinan Nasional ini.
Selain itu, ia menekankan bahwa keputusan yang diambil juga harus memberikan manfaat bagi masyarakat Jakarta.
Baca juga: JK Berbagi Pengalaman Kepemimpinan sebagai Pengusaha dan Pejabat
Pelatihan Kepemimpinan Nasional Tingkat II Angkatan 7 Tahun 2025 dilaksanakan secara tatap muka dan daring (blended learning) selama 107 hari.
Pelatihan digelar mulai 5 Mei sampai 11 September 2025. Peserta pelatihan sebanyak satu angkatan terdiri dari 27 orang dengan rincian 20 orang merupakan pejabat pimpinan tinggi pratama di lingkungan Pemprov DKI Jakarta dan satu orang dari Kepolisian Republik Indonesia.
Adapun hasil pelaksanaan pendidikan dan pelatihan, sebanyak 27 peserta dinyatakan lulus.
Pewarta: Lifia Mawaddah Putri
Editor: Edy Sujatmiko
Copyright © ANTARA 2025
Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.