Pramono akui kemacetan tak terhindarkan imbas proyek JSDP

7 hours ago 4

Jakarta (ANTARA) - Gubernur DKI Jakarta Pramono Anung Wibowo mengakui kemacetan imbas pengerjaan proyek pembangunan Jakarta Sewerage Development Project (JSDP) memang tidak terhindarkan.

Namun meski menimbulkan kemacetan, dia menekankan proyek tersebut harus tetap berjalan demi mempersiapkan masa depan Jakarta.

“Projek ini berkaitan dengan kemacetan adalah hal yang tidak bisa dihindarkan. Tetapi karena pentingnya projek ini harus dilakukan dan harus disiapkan di Jakarta sebagai kota masa depan, maka tetap harus dilakukan,” ujar Pramono setelah meninjau proyek JSDP Zona 1 Pluit di dua lokasi, yaitu Jalan Waduk Pluit Selatan dan Jalan Pluit Selatan Raya, Kecamatan Penjaringan, Jakarta Utara, Kamis.

Kendati demikian, dia mengatakan pihaknya telah menyiapkan rekayasa lalu lintas untuk mengatasi kemacetan yang terjadi akibat proyek tersebut.

Tak hanya itu, dia menyebutkan komunikasi juga perlu digencarkan untuk menginformasikan kepada publik mengenai proyek JSDP.

“Komunikasi publiknya sekarang akan kita buat menjadi lebih transparan dan terbuka. Orang membayangkan proyek seperti ini kayaknya nggak ada apa-apa, padahal di bawah ini yang bekerja banyak sekali,” kata Pramono.

Seperti diketahui, proyek JSDP telah dimulai sejak 2023 dan ditargetkan rampung pada 2027. JSDP Zona 1 Pluit diharapkan mampu melayani 220.000 rumah tangga atau kurang lebih 1 juta penduduk.

Area pelayanan JSDP Zona 1 Pluit mencakup wilayah seluas 4.901 hektare yang meliputi area Jakarta Utara dan Jakarta Barat. Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) JSDP Zona 1 Pluit terletak di area sebelah Barat Laut Waduk Pluit.

Baca juga: Pemprov DKI pastikan pengolahan limbah berjalan efektif

Pembangunan IPAL pada JSDP bertujuan untuk meningkatkan akses terhadap layanan pengelolaan air limbah, memperbaiki kualitas lingkungan, terutama pada air permukaan dan air tanah, serta mencegah timbulnya penyakit bawaan air (waterborne diseases) akibat buruknya kualitas air.

Dalam sistem pengolahan air limbah domestik, terdapat beberapa tahapan yang harus dilalui sebelum air buangan dialirkan kembali ke badan air.

Tahap pertama adalah pengolahan awal yang berfungsi memisahkan partikel berukuran besar, seperti pasir, kayu, plastik, dan material lain yang dapat mengganggu proses berikutnya.

Selanjutnya, air limbah masuk ke pengolahan primer yang umumnya menggunakan proses fisik untuk mengendapkan partikel halus dan bahan tersuspensi. Setelah itu, dilakukan pengolahan sekunder yang biasanya melibatkan proses biologis untuk mendekomposisi materi organik penyebab pencemaran.

Beberapa teknologi yang umum digunakan pada tahap tersebut, antara lain sistem lumpur aktif (activated sludge), Membrane Bioreactor (MBR), biofilter, dan metode sejenis lainnya.

Tahap terakhir adalah desinfeksi yang bertujuan untuk menghilangkan organisme patogen berbahaya bagi kesehatan. Hasil akhir dari seluruh proses tersebut diharapkan sudah memenuhi baku mutu air limbah domestik yang berlaku.

Jika diperlukan, maka dapat dilakukan pengolahan lanjutan untuk menghasilkan kualitas air olahan yang lebih baik dan memungkinkan pemanfaatan kembali (recycle).

Baca juga: Dishub DKI lakukan penyesuaian rekayasa lalin terkait proyek Dinas SDA

Baca juga: Dishub lakukan rekayasa lalin di Jakbar terkait proyek Dinas SDA

Pewarta: Lifia Mawaddah Putri
Editor: Rr. Cornea Khairany
Copyright © ANTARA 2025

Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.

Read Entire Article
Rakyat news | | | |