Lebak (ANTARA) - Sejumlah petani Badui di pedalaman Kabupaten Lebak, Provinsi Banten, sejak sepekan terakhir mulai menggarap pertanian ladang padi huma berdasarkan kalender adat.
"Kami hari ini membuka hutan berjalan lancar untuk pertanian ladang padi huma dan tanaman palawija," kata Santa (55), salah seorang petani Badui di Blok Cicuraheum Gunung Kencana, Kabupaten Lebak, Rabu.
Ia mengatakan petani Badui menggarap pertanian ladang huma itu dengan melakukan pembabatan rerumputan ilalang dan pepohonan di hutan perbukitan.
Mereka mengembangkan pertanian organik tanpa menggunakan pupuk kimia.Dan jika membuka lahan ladang huma tentu sisa-sisa pembabatan semak belukar, pohon, hingga ilalang dan limbah sampah nantinya dibakar, lanjutnya.
Sisa pembakaran bisa dijadikan pupuk organik yang dapat menyuburkan tanaman padi huma dan tanaman lainnya, katanya.
Menurut dia, penggarapan lahan pertanian ladang huma itu berdasarkan kalender adat dan dilakukan gerakan tanam padi huma atau padi gogo di lahan tanah darat pada September mendatang.
Ia mengatakan bila gerakan tanam padi huma dilakukan September 2025, maka diperkirakan akan panen enam bulan ke depan, mengingat petani menggunakan benih padi lokal.
"Kami meyakini panen raya padi huma dari tanam September 2025 bisa dipanen pada Maret 2026," katanya.
Sekretaris Desa Kanekes Medi mengatakan saat ini petani Badui secara serentak mulai menggarap lahan ladang huma dengan membuka hutan di perbukitan dan pegunungan.
Menurut Medi, petani Badui hingga kini masih mempertahankan adat leluhur dengan melaksanakan pertanian ladang huma di lahan darat sebagai sumber ketersediaan pangan keluarga juga ekonomi.
Karena itu belum pernah ditemukan kerawanan pangan maupun kelaparan di wilayah Suku Badui yang berpenduduk 4.320 kepala keluarga (KK) dan 14.600 jiwa dan tersebar di 68 kampung itu, ujar dia.
Petani Badui, lanjutnya, selain bercocok tanam padi huma juga tanaman palawija dan sayuran. Biasanya, hasil panen tanaman palawija dan sayuran mereka jual ke pasar dan menjadi pendapatan.
"Semua hasil panen padi huma itu disimpan di "leuit" atau rumah pangan untuk ketersediaan konsumsi pangan keluarga," katanya, menjelaskan.
Sementara itu, Kepala Bidang Produksi Dinas Pertanian Kabupaten Lebak Deni Iskandar mengatakan selama ini petani Badui memberikan kontribusi besar terhadap ketersediaan pangan mereka.
Sebab, menurut dia, produksi pangan petani Badui tersebut dijadikan untuk ketersediaan pangan keluarga sehingga mereka tidak pernah mengalami kelaparan.
Petani Badui, kata Deni, kini memiliki 2.000 rumah pangan dengan rata-rata empat ton atau leuit, sehingga bisa menyimpan gabah sekitar 800 ribu ton.
"Kami berharap petani Badui mampu mengembangkan padi huma dan dapat memenuhi ketersediaan pangan keluarga mereka," katanya.
Pewarta: Mansyur suryana
Editor: Virna P Setyorini
Copyright © ANTARA 2025
Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.