Jakarta (ANTARA) - PT Pertamina (Persero) menggencarkan dual growth strategy, yakni memaksimalkan bisnis yang sudah ada, seperti minyak dan gas bumi (migas), serta mengembangkan bisnis transisi energi menuju rendah karbon, sebagai bentuk dukungan terhadap Astacita Presiden Prabowo Subianto.
"Sesuai Astacita Presiden Prabowo, Pertamina berkomitmen mendukung kemandirian pangan, energi, dan air. Kami menjalankan strategi dual growth. Pertama, memaksimalkan bisnis eksisting, kedua, mengembangkan bisnis rendah karbon," ujar Direktur Utama Pertamina Simon Aloysius Mantiri pada acara "Indonesia Langgas Berenergi" di Jakarta, Selasa.
Simon menjelaskan pada sisi bisnis eksisting, Pertamina terus berupaya meningkatkan produksi minyak dan gas melalui berbagai inovasi teknologi, terutama pada sumur-sumur yang dikelola PT Pertamina Hulu Energi, subholding upstream (hulu) Pertamina.
Lebih lanjut, Pertamina juga memperkuat bisnis hilir. Salah satunya dengan meningkatkan kapasitas dan efisiensi kilang, yakni Refinery Development Master Plan (RDMP) Balikpapan yang ditargetkan beroperasi pada November 2025.
"Proyek RDMP Balikpapan akan meningkatkan kapasitas pengolahan, menghasilkan produk berkualitas tinggi setara standar Euro 5, dan mengurangi ketergantungan impor BBM," tutur Simon.
Pertamina juga terus mempercepat transformasi menuju bisnis energi rendah karbon. Salah satunya melalui produk Pertamax Green 95, yaitu bahan bakar dengan campuran 5 persen bahan bakar nabati etanol (E5).
Pertamina juga berkomitmen memperluas pengembangan panas bumi (geothermal), yang mana Indonesia saat ini memiliki kapasitas terpasang terbesar kedua di dunia.
Selain itu, berbagai inisiatif carbon capture and storage (CCS/CCUS) dan proyek dekarbonisasi juga terus dikembangkan agar sejalan dengan target net zero emission pada 2060 dari pemerintah.
Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Bahlil Lahadalia yang juga hadir dalam acara tersebut menyampaikan pemerintah melalui Astacita Presiden Prabowo Subianto menempatkan kemandirian energi sebagai prioritas utama.
Sejumlah langkah konkret digulirkan untuk menekan impor bahan bakar minyak (BBM) dengan memanfaatkan potensi energi dalam negeri, seperti mendorong penerapan biodiesel 40 (B40) atau bahan bakar diesel dengan kandungan minyak sawit mentah (crude palm oil/CPO) sebesar 40 persen.
"Tahun ini, impor solar sudah turun menjadi sekitar 4 juta ton per tahun, dan tahun 2025 ditargetkan meningkat ke B50, sehingga Indonesia tidak perlu impor solar lagi," kata Bahlil.
Baca juga: Pertamina Patra Niaga percepat implementasi energi hijau
Baca juga: Pertamina dan PLN siap percepat proyek transisi energi
Baca juga: Kilang Pertamina Internasional dukung penguatan transisi energi
Pewarta: Putu Indah Savitri
Editor: Kelik Dewanto
Copyright © ANTARA 2025
Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.