Perang Iran-Israel berpotensi pengaruhi neraca perdagangan

3 months ago 9
Penutupan jalur ini membuat kapal-kapal harus memilih jalur lain yang biayanya tidak seefisien pelayaran melalui Selat Hormuz...,

Jakarta (ANTARA) - Peneliti dan Analis Kebijakan Center for Indonesian Policy Studies (CIPS) Hasran mengatakan, perang Iran dengan Israel berpotensi menggerus kinerja dan surplus ekspor Indonesia.

Menurut Hasran, salah satu penyebabnya adalah meningkatnya biaya pengiriman dan transportasi akibat ditutupnya Selat Hormuz oleh Pemerintah Iran.

"Penutupan jalur ini membuat kapal-kapal harus memilih jalur lain yang biayanya tidak seefisien pelayaran melalui Selat Hormuz. Menurut Energy Information Administration (EIA), disrupsi di jalur ini akan berdampak besar terhadap pasar energi di China, India, Jepang, dan Korea Selatan," katanya melalui keterangan di Jakarta, Rabu.

Neraca perdagangan Indonesia telah mencatat surplus selama lima tahun berturut-turut. Pada Mei 2025, surplus neraca perdagangan mencapai 4,9 miliar dolar AS, meningkat sebesar 2,962 persen secara bulanan (month-to-month/mtm) dibandingkan dengan surplus sebesar 160 juta dolar AS pada April 2025.

Baca juga: Mengantisipasi ancaman energi di tengah krisis Timur Tengah

Hasran menyebut ketegangan geopolitik antara Israel dan Iran yang meningkat telah menimbulkan kekhawatiran besar terhadap stabilitas perdagangan global.

Salah satu dampak paling nyata dari konflik ini adalah potensi terganggunya pasokan minyak dunia.

Terganggunya pasokan minyak dunia, lanjutnya, sangat mungkin mempengaruhi perdagangan Indonesia, baik dari sisi biaya logistik maupun permintaan dari negara mitra dagang utama.

Selat Hormuz merupakan jalur strategis yang dilalui sekitar 20 persen dari total transaksi minyak dunia pada tahun 2024.

Baca juga: Perang Iran-Israel, Puan ingatkan pemerintah mitigasi dampak ekonomi

Meskipun Amerika Serikat hanya mengimpor sekitar tujuh persen minyaknya melalui Selat Hormuz, potensi disrupsi terhadap pasokan global dapat menyebabkan pergeseran (shifting) permintaan minyak dari jalur tersebut ke produsen alternatif, termasuk dari Amerika Serikat sendiri yang juga terlibat dalam perang ini. Kondisi ini dapat mendorong kenaikan harga minyak dunia.

Kenaikan harga minyak ini akan berdampak secara langsung terhadap perdagangan Indonesia. Permintaan ekspor dapat terganggu karena biaya tinggi yang ditimbulkan dalam proses pengiriman logistik.

Gangguan pasokan minyak ke negara-negara ini berpotensi menghambat aktivitas ekonomi mereka, yang pada akhirnya dapat berdampak pada penurunan permintaan terhadap barang ekspor dari Indonesia.

Hasran mendorong pelibatan aktif pemerintah dalam mendorong upaya perdamaian di kawasan ini. Konflik yang terus bereskalasi akan berdampak pada ekonomi dunia karena mengganggu jalur distribusi energi dunia.

Baca juga: Anggota DPR minta pemerintah segera antisipasi penutupan Selat Hormuz

Namun demikian, besarnya dampak yang akan dirasakan Indonesia sangat bergantung pada seberapa lama penutupan Selat Hormuz berlangsung.

Kedua, pemerintah juga perlu menghilangkan hambatan non-tarif dalam impor pangan dan barang strategis lainnya.

Di tengah biaya logistik dan produksi global yang meningkat, biaya tambahan akibat kuota, perizinan berbelit, atau regulasi yang tidak relevan hanya akan memperparah beban importir dan konsumen.

Penghapusan hambatan non-tarif dalam impor pangan barang strategis sudah sejak lama menjadi sesuatu yang layak dipertimbangkan, mengingat dampaknya yang memunculkan biaya tambahan, waktu yang lebih panjang dan inefisiensi rantai pasok, imbuhnya.

Pewarta: Maria Cicilia Galuh Prayudhia
Editor: Abdul Hakim Muhiddin
Copyright © ANTARA 2025

Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.

Read Entire Article
Rakyat news | | | |